SAMPANG, koranmadura.com – Ainur Rofik, tewas di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis, 13 Juli 2017. Pasien laka tunggal asal Dusun Lenteng, Desa Muktesareh, Kecamatan Kedungdung ini, tidak tertolong ditengarai karena lamban menerima pelayanan di RSUD tersebut.
Menurut Alan Kaisan, tetangganya, korban terjatuh saat mengendarai kendaran roda dua di dekat rumahnya sekitar pukul 08.13 wib. Tiba di RSUD sekitar pukul 09.23 wib. Pihak rumah sakit mengaku tidak sanggup menanganinya karena diketahui mengalami gegar otak sehingga harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya.
“Katanya, pemasangan alat pernapasan masih harus nunggu dokternya, yang sedang melakukan aktivitas pembedahan. Tapi, nyatanya ketika disuruh tunjukkan, malah tidak ada. Karena terlalu lama menunggu, kondisi korban semakin kritis. Pemasangan alat bantu pernapasannya juga baru dipasang sekitar pukul 12.00 wib. Itupun setelah direkturnya saya telepon,” paparnya kepada awak media, Kamis, 13 Juli 2017.
Alan menceritakan di rumah sakit tersebut hanya ada petugas magang yang mukanya tampak kebingungan. “Memang pelayanan RSUD Sampang seperti ini kenyataannya. Kalau tidak siap jadi dokter maupun petugas di rumah sakit, jangan bekerja di sini,” tandasnya.
Saat dikonfirmasi, Humas RSUD Sampang, Yuliono menjelaskan, dia mengalami benturan yang cukup parah di kepala bagian belakang yang menyebabkan mengeluarkan darah dari bagian hidungnya.
“Saat kami terima pasien, tingkat kesadarannya diketahui rendah hanya sebesar 225 dari kondisi normal, yaitu 345. Pasien itu juga langsung diterima oleh dua dokter (Astrid dan Stefana) dan juga dikonsultasikan kepada dokter bedah,” katanya.
Masih kata Yuliono, penanganan telah diberikan dan akan dirujuk. Namun, prosesnya tidak bisa serta-merta, karena masih harus distabilisasi dan dilakukan foto rontgen untuk dilakukan diagnosis.
“Penanganan kami sudah sesuai prosedur, tapi kondisi pasien akibat cederanya makin lama semakin menurun karena terjadi pendarahan di bagian otak dan terjadi peningkatan tekanan yang menekan fungsi pernapasan sehingga pasien terjadi kematian. Jadi, tidak benar dikatakan tidak dilakukan penanganan,” kilahnya.
Selama tiga jam, kata Yuliono, pihaknya masih melakukan analisis radiologi dan menunggu hasil rontgen. “Lamanya keluar hasil radiologi itu tergantung, kalau foto biasa itu cepat. Kalau foto kontras, yaitu mulai dari kepala hingga bagian badan di semua sisi membutuhkan cukup lama. Permintaan foto itu untuk membantu saat rujuk,” urainya. (MUHLIS/RAH)