BANGKALAN, koranmadura.com – Klub Madura United tumbang di Stadion Segiri Samarinda, markas tim Pusamania Borneo FC. Madura kalah tiga gol tanpa balas alias 3-0. Kekalahan ini mengakhiri catatan rekor Madura United yang tak terkalahkan dalam 10 pertandingan di kompetisi Liga 1.
Usai pertandingan, Pelatih Madura United, Gomes De Oliviera tak terlalu kecewa dengan penampilan Bayu Gatra dan kawan-kawan. Pelatih asal Brasil itu hanya mengeluhkan kurang solidnya lini tengah, salah satu sebabnya karena absennya Dane Milovanovic yang masih dalam proses pemulihan dari cedera. Selain Dane, Madura
Tak hadirnya Dane berpengaruh pada suplai bola ke sisi sayap dan lini depan. “Pemain sudah berupaya keras meraih hasil terbaik, tapi belum tercapai,” kata Gomes usai pertandingan.
Lain Gomes, lain pula pendapat Manajer tim Madura United, Haruna Soemitro. Ia kecewa kinerja wasit Yamasita. Haruna menganggap banyak keputusan wasit yang menguntungkan tim tuan rumah.
Ada beberapa kejadian di lapangan yang dicatat Haruna sebagai buruknya kepemimpinan wasit. Pertama soal tiga gol Borneo FC
Goal pertama diciptakan dari tendangan bebas berjarak sepertiga lapangan. Haruna menilai gol ini murni salah antisipasi kiper Madura.
Goal ke dua dari penalti, Haruna menilai wasit kurang jeli, karena Therens, pemain Borneo, dipinggir menjatuhkan diri, tapi wasit malah menganggapnya pelanggaran. Sedangkan gol ketiga dianggap
mutlak offside.
Sebaliknya, Haruna juga membuat catatan peluang Madura United tapi gagal jadi gol karena kepemimpinan wasit. Menurut dia, mestinya Madura dapat hadiah dua penalti karena pemain Borneo menyentuh bola dengan tangan. Satu kejadian bahkan terjadi dihadapan wasit Yamasita tapi dia tidak memberikan hadiah penalti.
Selain itu, Haruna juga menilai gol yang dicetak Slamet Nurcahyono mestinya tidak dianulir karena Slamet muncul dari belakang dapat umpan heading dari fabiano.
Begitu pun satu goal mutlak dari shooting Bayu tapi diblok kiper.
Meski begitu, Haruna sepakat dengan pelatih Gomes. Absennya Dane Milovanovic membuat ritme permainan tim hilang. Mental pemain Madura kian terpuruk akibat gol cepat yang terjadi di babak pertama. “Goal terlalu cepat dengan mudah menyebabkan kehilangan konfiden pemain,” ungkap dia.
Menjamu Persib
Setelah kalah dari Borneo FC, Madura United akan menjalani laga kandang menghadapi Persib Bandung. Ini tentu laga sulit, apalagi Maung Bandung baru berhasil keluar dari kemelut internal yang membuat sang pelatih Jajang Nurjaman sempat mengundurkan diri. Tapi kemudian batal, setelah manajemen Persib memastikan masih percaya Jajang bisa membawa Persib Juara.
Kabar yang beredar menyebut laga big mach ini akan digelar di Stadion Gelora Ratu Pamellingan di Kabupaten Pamekasan. Sewaktu kabar ini diumumkan di laman resmi Facebook Madura United beragam komentar bermunculan dari kalangan suporter. K-Conk Mania, suporter Madura United yang basis utamanya di Kabupaten Bangkalan lebih setuju laga kontra Persib digelar di Gelora Bangkalan.
Alasannya sederhana, sejak Liga 1 bergulir, Madura United selalu menang bila bermain di Bangkalan. Sebaliknya jika bermain di Pamekasan Madura United banyakan seri dan kalau pun menang Bayu Gatra dan kawan-kawan sulit mencetak gol. Sampai muncul istilah SGB lebih bertuah dibanding SGRP.
Istilah ‘bertuah’ memang agak mistis, tapi bisa diilmiahkan. Begini, dipungkiri atau tidak, faktanya adalah ada semacam chemistry antara Madura United dan Gelora Bangkalan. Sejak baru dibentuk, Madura United bermain di SGB dan langsung keluar sebagai juara ke III Kompetisi ISC 2016.
Madura United baru pakai stadion Gelora Ratu Pamellingan diakhir kompetisi ISC dan laga-laga awal Liga 1. MU sulit menang, tidak kalah tapi banyakan seri. Setelah seri beruntun, Madura United pindah lagi ke SGB dan hasilnya selalu menang dan bahkan menggeser PSM dipuncak klasemen, sebelum akhirnya takluk di markas Borneo FC.
Setelah kalah dari Borneo FC, tentu mental pemain Madura sedikit banyak terpuruk. Tekanan semakin tinggi karena akan meladeni Persib Bandung yang kini diperkuat bekas pemain Real Madrid dan Chelsea, Maichael Essien.
Tempat pemulihan mental yang baik adalah dalam dekapan keluarga. Dan keluarga terdekat Madura United adalah Gelora Bangkalan. Kenapa begitu? Jawabannya tentu semata bukan hanya karena selalu menang di SGB. Madura United dan Gelora Bangkalan begitu intim karena home based pemain di Bangkalan, mereka sehari-hari latihan di SGB. Bahkan kapten Madura United Fabiano Beltrame sering terlihat ngopi dan nongkrong di warung kaki lima depan SGB.
Jadi pemain Madura sangat akrab dengan SGB. Mereka sudah paham karakter lapangan mulai dari kontur tanah hingga kondisi rumput. Hal ini memudahkan mereka dalam mengumpan dengan akurat dan menendang bola dengan nyaman.
Artikel ini tidak untuk menyarankan agar Madura United meninggalkan SGRP. Memiliki stadion SGRP adalah satu kebanggan karena Madura punya dua stadion bertaraf nasional. Tapi memilih SGRP untuk tempat laga kontra Persib Bandung bukanlah pilihan yang tepat saat mental pemain terpuruk usai dikalahkan Borneo FC.
Alasannya, jika dianalogikan sebagai sebuah keluarga, maka SGRP adalah keluarga jauh Madura United. Karena kehidupan sosial pemain Madura lebih banyak dihabiskan di Bangkalan timbang di Pamekasan. Kondisi ini membuat Bayu Gatra dan kawan-kawan kurang mengenal SGRP, chemistrynya dengan lapangan dan atmosfer stadion kurang kuat. Bisa dikata, bermain di SGRP adalah laga kandang bercita rasa tandang atau laga home beraroma a way. (MUSTHOFA ALDO/MK)