BANGKALAN, koranmadura.com – Setelah Bhayangkara FC dikalahkan Persija 1-0 dan Persipura dipaksa berbagi angka 2-2 oleh Sriwijaya FC, maka Madura United dipastikan menjadi juara paruh musim kompetisi Liga 1, setelah pada laga pekan ke 17, mengalahkan PSM Makassar 1-0 lewat Gol tunggal Greg Nwokolo.
Prestasi “juara paruh musim” juga diraih Laskar Sape Kerrap pada kompetisi ISC musim 2016 lalu. Namun, menyandang gelar tersebut tidak serta membuat jalan Madura United mulus menuju gelar juara sesungguhnya. Fakatnya, hingga kompetisi ISC berakhir, Madura United susah payah untuk finish di urutan ke tiga.
Meski jadi campiun paruh musim, secara grafik, permainan Madura United jauh menurun dibanding awal kompetisi. Di laga kandang, di awal-awal kompetisi, Madura United hampir pasti selalu mengalahkan lawan-lawan dengan skor telak. PS TNI misalnya dihajar 4-1 dan Semen Padang dengan 6-0.
Namun dalam dua laga terakhir di kandang, Madura United kesulitan mencetak gol. Hanya menang 1-0 lawan Persiba Balikpapan, skor yang sama juga terjadi saat mereka mengalahkan PSM Makassar.
Fakta ini menunjukkan bahwa ada masalah dalam skuat Madura United. Jika tak segera dibenahi, jalan mereka menuju gelar juara bakal semakin sulit, apalagi posisi poin di klasemen sangat tidak aman, hanya selisih satu poin dari Persipura di peringkat ke 2.
Krisis Lini Tengah
Hilang sosok Dane Milovanovic, membuat lini tengah Madura United mengalami krisis Centre Miedfilder. Manajemen MU terpaksa memutuskan kontrak pemain berkepala plontos itu karena mengalami cidera parah di kepala dalam pertandingan kontra Semen Padang. Cidera itu membuat Dane Milovanovic mengalami semacam gangguan kejiwaan, emosinya sulit dikontrol.
Setelah Dane tiada, pelatih Madura United, Gomes de Oliviera mengganti posisi Dane dengan Asep Berlian dan Rizki Dwi Febrianto. Namun keduanya tidak memiliki kemampuan memberikan umpan lambung yang akurat seperti Dane Milocanovic.
Gaya Madura United yang menganut permainan “menyerang adalah pertahanan terbaik” memang sangat butuh pemain dengan umpan akurat agar bisa keluar dari tekanan lawan dan peran itu hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh Milovanovic.
Selain pengumpan, Madura United juga butuh playmaker yang punya spesialisasi pemantul bola yang bagus seperti peran Fellaini di Manchester United. Madura Umited saat ini hanya memiliki satu playmaker yiatu Slamet Nurcahyono. Namun, Slamet tidak punya kemampuan memantul bola, posturnya yang pandek membuatnya selalu kalah dalam duel udara. Tipikal Slamet seperti Fransesc Totti di AS Roma, dia kreator serangan dan punya assit yang bagus.
Dalam laga melawan Persiba dan PSM Makassar, banyak serangan yang dibangun Madura United sulit sampai ke kaki Peter Odemwingie dan Greg Nwokolo. Odemwingie bahkan sering bermain melebar ke sisi lapangan untuk mendapatkan bola.
Menakar kemampuan Cameron Watson
Untuk mengisi posisi Dane Milovanovic, Madura United telah merekrut pemain anyar juga asal Australia, Cameron Watson. Dia pernah bermain di Liga Australia bersama Adelaide United dan terakhir bermain di Liga India berseragam Bengaluru FC.
Dia tampil perdana bersama Madura United pada laga persahabatan melawan Persekabpas Pasuruan. Selama dimainkan, Watson punya tipikal yang sama dengan Slamet Nurcahyono. Ia punya umpan yang bagus baik datar atau melambung. Dia juga pemain yang tenang. Namun, lemah dalam bola-bola atas.
Kita lihat saja, bagaimana kiprah pemain yang pernah memperkuat timnas junior Australia ini. (MUSTHOFA ALDO/FAIROZI)