SUMENEP, koranmadura.com – Pemkab Sumenep, Madura, Jawa Timur, kurang mempedulikan gedung kesenian setempat. Padahal gedung tersebut sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kesenian dan budaya lokal Sumenep.
Bahkan menurut pegiat kesenian asal Sumenep Junaidi Efendi, bisa mendongkrak destinasi wisata karena dapat menggiring wisatawan. “Misalnya di Surabaya, ada gedung kesenian Cak Durasim. Jadi, kalau ada tamu atau wisatawan mancanegara ingin menikmati kesenian khas Surabaya, tinggal pergi ke sana,” katanya, Rabu, 26 Juli 2017.
Menurutnya, gedung kesenian juga bisa sebagai tempat berkumpulnya para seniman, komunitas, dan sanggar. Selain itu, juga sebagai tempat pertunjukan. Dengan begitu, para pelaku kesenian, baik tradisional, lukis, dan pelaku teater, nantinya terpusat di satu tempat.
Sementara gedung Gotong Royong yang direncanakan oleh pemerintah daerah, dinilai tidak representatif karena tempatnya terbuka. “Iya, kalau di musim kemarau. Kalau musim penghujan, kan tidak bisa ditempati. Apalagi tidak semua pertunjukan bisa dilakukan di tempat terbuka,” jelasnya.
Selama ini, kata Junaidi, upaya untuk merawat kesenian di Sumenep dilakukan di setiap sekolah atau perguruan tinggi. Mulai sejak latihan hingga pertunjukan. “Tidak semua sekolah melakukan itu. Wajar jika masyarakat banyak yang tidak tahu kesenian asli Sumenep. Padahal Sumenep sangat kaya akan kesenian dan budaya,” tandasnya. (JUNAIDI/RAH)