SUMENEP, koranmadura.com – Petani tembakau di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mulai dihantui waswas setelah daerah tersebut diguyur hujan nyaris sehari-semalam, mulai Kamis pagi, 27 Juli hingga Jumat, 28 Juli 2017 dini hari.
“Kalau terus hujan, sawah jadi genangan air, maka tembakau bisa mati,” kata petani asal Kecamatan Ganding, Hasimah, Jumat, 28 Juli 2017.
Tahun ini, dia mengaku menanam tembakau sebanyak 10 ribu batang. “Tembakau termasuk tanaman yang aneh dan tidak membutuhkan air banyak. Tidak seperti padi. Kalau banyak air, (tembakau) bisa dipastikan mati,” jelasnya.
Kekhawatiran juga dirasakan Ketua Peguyuban Pemerhati Kelompok Tani (P2KT) Sumenep, Zaenuri. Menurutnya, hujan yang turun saat ini memang berpotensi jadi ancaman. “Ada yang sudah panen, ada sebagian yang belum. Bagi yang belum panen bisa saja gagal panen nanti. Semoga saja cuaca kembali membaik,” katanya.
Lebih lanjut Ki Demang, sapaan akrab Zaenuri, berharap semua pabrikan membeli tembakau rajangan Madura dengan harga yang ideal. Jika tidak, pihaknya bersama petani Madura akan melakukan aksi dengan cara memboikot hasil produksi rokok di Madura.
“Karena cuaca saat ini bagus, maka harga tembakau idealnya di atas Rp 45 ribu yang bagus, untuk daerah Prancak minimal harus 60 ribu per satu kilogram tembakau rajangan,” jelasnya.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan, Sumenep, ploting area tembakau tahun ini hanya 21.893 ha dari potensi area 28 ribu ha.
Dengan luas ploting seperti itu, menurut Ki Demang, kebutuhan bibit tembakau 2017 sebanyak 547 juta batang, dengan kebutuhan pupuk jenis ZA sebanyak 4.378.600 kg; jenis SP36 sejumlah 3.283.950 kg; dan ZK sekitar 2.189.300 kg. (JUNAIDI/RAH)