SAMPANG, koranmadura.com – Sedikitnya 42 desa yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mengalami kekeringan akibat kemarau. Dampaknya, warga di sejumlah perkampungan mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Anang Djoenaedi mencatat 15 desa dari dua kecamatan yang sudah melaporkan mengalami kekeringan.
“Laporan yang baru masuk di saya ada 15 desa di Kecamatan Karang Penang dan Jrengik. Saat ini masih terus menginventarisir yang lain. Dari data yang masuk secara lisan dari para camat dan kepala desa, dimungkinan bertambah menjadi 42 desa yang mengalami kekeringan kategori kering kritis. Paling terdampak Kecamatan Sreseh,” Jelas Anang, Sabtu, 26 Agustus 2017.
Selanjutnya, sambung Anang, langkah yang dilakukan mempersiapkan penanganan darurat kekeringan dengan menyediakan bantuan logistik air bersih yang akan didistribusikan pada saat masa tanggap darurat kekeringan.
“Untuk tanggap darurat masih kami proses, kami sampaikan ke Pak Bupati dulu. Data BMKG kemarau mulai Agustus sampai September. Setidak-tidaknya ada 14 hari masa darurat. Kalau toh dari BMKG makin panjang kemaraunya, ya kita perpanjang SK daruratnya,” tukasnya.
Sementara itu Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Kabupaten Sampang, Mohammad Hasan Jailani mengingatkan pentingnya hemat air, termasuk menjaga lingkungan. Sebab, selain krisis air, pada musim kemarau juga rentan terjadinya kebakaran.
“Kita harus bijak dalam menggunakan air, bisa dengan cara memantau penggunaan air di rumah, mematikan kran sehingga tidak terjadi pemborosan air yang meluber terbuang percuma dan memperbaiki saluran air yang bocor. Berhemat dan menabung air dengan cara menjaga lingkungan,” tutur pemilik panggilan Mamak ini. (NWW/MK)