SUMENEP, koranmadura.com – Dari hari ke hari jumlah petani garam di Madura, Jawa Timur, semakin berkurang. Kondisi ini perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak terkait, terutama pemerintah.
Ketua Asosiasi Petani Garam Nahdlatul Ulama (Aspegnu) A. Pandji Taufiq, mengatakan, semakin hari jumlah petani garam di Madura yang dikenal sebagai “Pulau Garam” terus menyusut.
Dari empat kabupaten di Madura, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, jumlah petani garam yang masih lumayan banyak hanya di Kabupaten Sumenep. “Itu pun yang tua-tua, kalau yang muda-muda jarang,” ungkapnya.
Salah satu faktor terus berkurangnya petani garam, khususnya di Madura, menurut dia, ialah tidak stabilnya harga yang terkadang sampai menyebabkan petani merugi. “Selain itu mungkin juga karena keterampilan bertani garam tidak tumbuh. Sehingga menyebabkan kejenuhan,” tambahnya.
Dikatakan, hal seperti ini perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, terutama oleh pemerintah. Supaya keterampilan memproduksi garam terus berkelanjutan. Jangan sampai dibiarkan begitu saja.
“Kalau yang tua-tua sudah tidak bisa bertani lagi, ini bisa menjadi ancaman besar. Makanya, kami punya usul, mungkin perlu dibuka SMK pegaraman agar keterampilan memproduksi garam bisa terus berkelanjutan,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/MK)