SUMENEP, koranmadura.com – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Abd. Rahman Riadi, mengakui bahwa droping air bersih tidak mengkin cukup memenuhi semua kebutuhan masyarakat yang membutuhkan selama semusim.
“Kalau bicara cukup tidak (droping air bersih), itu merupakan tantangan tersendiri kepada kami. Pada saat musim kemarau, dari sisi kebutuhan masyarakat tentunya tidak mencukupi,” katanya.
Karena itu dia mengaku sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya petani, agar bijak menggunakan droping air bersih. Artinya harus betul-betul digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti minum, masak, dan mandi.
“Bukan untuk lahan pertanian. Kalau digunakan untuk lahan pertanian, tentunya droping air bersih ini tidak akan cukup,” tambah mantan Sekretaris Bappeda Sumenep itu.
Solusi lainnya, Rahman mengaku akan bersinergi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, misalnya Dinas PU Perumahan Permukiman dan Keciptakaryaan dalam rangka membangun infrastruktur pipanisasi, tandon dan pengeboran di daerah-daerah yang biasa mengalami kritis air bersih di saat musim kemarau.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas PU Sumber Daya Air setempat agar membangun embung atau waduk tadah hujan yang bisa menampung air saat musim hujan. “Itu yang jangka panjang. Kalau jangka pendek dan menengahnya, yang kita lakukan ialah distribusi air bersih,” pungkasnya.
Berdasarkan data BPBD, musim kemarau ini, ada 37 desa di lingkungan Kabupaten Sumenep dinyatakan rawan kekeringan, baik kering kritis maupun kering langka. Sebanyak 15 di antaranya sudah terdampak, dan telah mengajukan permintaan droping air bersih. (FATHOL ALIF/FAIROZI)