PAMEKASAN, koranmadura.com – Pasca penyerahan kekuasaan Jepang di Madura pada tanggal 25 September 1945 dari Socokan (Residen) Brigjen Nasimora kepada Residen NKRI Madura RA Cakraningrat, keadaan Madura aman dan tentram dari penjajah Belanda.
Ketenangan warga Madura mulai terganggu ketika para penjajah Belanda menguasai Surabaya pada tanggal 21 Juni 1947. Bahkan mereka meningkatkan kewaspadaannya, karena khawatir secara tiba-tiba diserang. Apalagi pada masa itu, terdapat sejumlah mata-mata Belanda yang ditangkap di Madura.
Seperti dilansir dari naskah drama kolosal yang diabadikan Kodim 0826 Pamekasan, mata-mata Belanda yang tertangkap itu mengatakan bahwa Belanda telah mengirimkan orang-orangnya untuk menyerang Madura dalam kurun waktu satu hari. Penyerang itu direncanakan 15 hari setelah tanggal 21 September 1947.
Rencana awal penyerangan dari sekutu Belanda itu gagal dan dilakukan pada 4 Agustus 1947. Namun upaya mereka menyerang Madura tidak berjalan mulus, karena pendaratan terakhir di pantai Branta Pamekasan terhalang cuaca buruk.
Tidak hanya itu, mereka sempat gagal masuk ke Pamekasan karena mendapat perlawanan sengit dari para pejuang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun dalam kurun waktu singkat, secara tiba-tiba terjadi ledakan yang menandakan Belanda menguasi Kota Pamekasan. Tentara rakyat, ulama serta warga Pamekasan sempat menghalangi para penjajah sebelum akhirnya mundur kepinggiran guna menyusun strategi perlawanan.
Sebelum mundur, mereka membakar fasilitas bangunan agar tidak ditempati oleh para penjajah. Namun Belanda masih sukses menduduki Kota Pamekasan dengan menempati bangunan-bangunan yang tersisa. Termasuk di sekitar alun-alun Arel Lancor.
Tidak terima wilayah Pamekasan dikuasai Belanda, para tentara rakyat, ulama dan warga Pamekasan menyusun strategi untuk memyerang balik. Selanjutnya, mereka menyerang setalah salat subuh.
Tepat pukul 5:00 Wib, para pahlawah kompak menyerang dan dapat memukul mundur pasukan Belanda keluar dari kota Pamekasan. Saat itu juga, warga Pamekasan kembali merasa aman dan tentram.(RIDWAN/MK)