SUMENEP, koranmadura.com – Bencana kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tidak hanya menyebabkan masyarakat kesulitan mendapat air bersih. Lebih dari itu, juga bisa berdampak terhadap kualitas hidup masyarakat.
“Dampak kekeringan juga bisa mengurangi derajat kualitas hidup masyarakat,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Abd. Rahman Riyadi, Selasa, 19 September 2017.
Menurut mantan Sekretaris Bappeda Sumenep ini, air bersih merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang sangat penting. Misalnya untuk kebutuhan minum dan memasak makanan. Masyarakat terdampak kekeringan harus memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan. Sebaiknya tidak digunakan untuk hal-hal yang kurang penting.
“Kami sebagai aparatur akan berupaya memenuhi kebutuhan air bersih mereka sesuai dengan kekuatan anggaran yang ada,” tambah dia.
Hasil pemetaan BPBD, tahun ini ada sekitar 37 desa dari 13 kecamatan di kabupaten Sumenep rawan kekeringan. 15 desa kategori kering kritis dan 22 desa kering langka. Musibah ini masih berpotensi meluas.
Berdasarkan informasi yang diterima BPBD dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bencana kekeringan di kabupaten paling timur Pulau Madura ini diprediksi akan berakhir awal Oktober. “Tapi, kami berharap akhir September sudah turun hujan,” harapnya. (FATHOL ALIF/RAH)