SUMENEP, koranmadura.com – Program imunisasi untuk mencegah campak dan rubella (MR) yang digelar pada Agustus-September 2017 di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tidak berjalan mulus. Tokoh masyarakat di lima kecamatan menolak karena tidak ada label halal.
“Lima kecamatam itu cakupannya sangat rendah, tokoh masyarakat menolak karena tidak ada jaminan halal,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumenep dr A Fatoni.Lima kecamatan itu, Kecamatan Guluk-Guluk; Batang-Batang; Talango; Arjasa Pulau Kangean; dan Kecamatan/Pulau Masalembu.
Menurut Fatoni secara keilmuan vaksin MR itu memang tidak harus pakek label halal, karena ada jaminan bahan yang digunakan tidak mengandung bahan yang dilarang agama. “Kami juga bingung, dimananya yang mau dihalalkan, wong tidak ada unsur babi,” jelasnya.
Saat ini, kata Fatoni, perusahaan masih fokus pada produksi untuk memenuhi kebutuhan secara nasional. Kebutuhan vaksin lumayan banyak melihat anak usia 15 tahun di Indonesia sangat banyak.”Meski beberapa tokoh menolak, tapi orang tua siswa tetap mau. Ini demi kebaikan anak bangsa,” tuturnya.
Akibat penolakan itu menyebabkan cakupan realisasi di Sumenep rendah yakni 86 persen, padahal target cakupannya hingga akhir September 2017 ini harus mencapai 95 persen.
“Kami berharap sejumlah petugas dibeberapa daerah yang cakupannya masih rendah tetap semangat dan terus berupaya agar bisa memenuhi target hingga akhir bulan September ini,” tukasnya.
Berdasarkan data kantor regional Asia Tenggara dari Badan Kesehatan Dunia (WHO SEARO) sebagaimana dikutip dari www.bbc.com, Indonesia merupakan salah satu negara yang tertinggal dalam upaya menangani penyakit campak. Ini disebabkan adanya kesalahpahaman terhadap upaya vaksinasi.
Data WHO SEARO menunjukkan 1,1 juta anak berusia satu tahun tidak mendapatkan vaksinasi pada 2016 lalu. Indonesia bahkan berada di bawah Maladewa dan Bhutan yang telah mendeklarasikan bebas campak.
Indonesia memulai program imunisasi pada 1956, tetapi sulit untuk meraih cakupan 100% dari seluruh target. Data Kementerian Kesehatan, balita yang mendapatkan imunisasi dasar baru mencapai 91,1%, meningkat sedikit dari tahun sebelumnya, yaitu 86,5%. (JUNAIDI/MK)