SUMENEP, koranmadura.com – Program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, belum merata. Banyak warga yang berpenghasilan dibawah rata-rata tidak tersentuh bantuan pemerintah.
Seperti yang menimpa pasangan suami-istri Jumo (30) dan Alimah (42). Saat ini mereka tinggal digubuk dengan ukuran 4×4 meter yang terbuat dari bambu bersama anaknya Mohammad Novil (3,8) tahun, dan Saniyam (80) yang sudah tidak bisa bekerja apa-apa.
Gubuk yang mereka tempati, merupakan bantuan tetangga sekitar, karena untuk membangun sendiri sudah tidak mampu. “Untuk biaya hidup sehari-hari saja sering tidak cukup,” jelas Alimah.
Dari serba keterbatasannya, Saniyam terpaksa harus tidur di ranjang berdampingan dengan tungku, tempat memasak. Sementara Jumo, Alimah dan Novil tidur di plesteran. “Bagaimana bisa beli kasur, penghasilan per minggu hanya Rp 80 ribu, itupun tidak menentu,” tuturnya.
Selain menanggung beban anaknya yang masih kecil, pasutri asal Dusun Tengah, Desa Taman Sare, Kecamatan Dungkek, tersebut juga mempunyai beban untuk mengurus orang tua perempuan, Saniyam.”Cukup berat,Mas. Tapi harus tetap dijalani dengan sabar,” katanya.
Selama ini pasutri itu mengaku belum pernah menerima bantuan dari pemerintah, seperti bantuan melalui Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Alimah yang didampingi suaminya, Jumo melanjutkan, untuk menyambung hidup, dirinya juga ikut bekerja untuk menambah penghasilan dari kerja serabutan yang dilakukan suaminya. Jika ada yang meminta untuk bekerja seperti jadi buruh tani, Alimah mengaku baru bisa kerja dengan upah Rp 30 ribu sehari.”Pekerjaan ini kami jalani dengan sukarela demi memenuhi kebutuhan keluarga,” tandaanya. (JUNAIDI/MK)