SAMPANG, koranmadura.com – Buah jambu air asal Desa Sejati, Kecamatan Camplong, merupakan salah satu produk unggulan lokal yang ada di wilayah Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Namun pengembangannya untuk dijadikan agrowisata maupun agrobisnis masih jauh dari harapan warga setempat.
Padahal, harga buah jambu air tersebut sempat tembus hingga Rp 100 ribu per 100 buah.”Sekarang lagi musimnya, jadi harga turun menjadi Rp 60 ribu per 100 buah. Tapi dua bulan yang lalu buah itu mencapai Rp 100 ribu per 100 buah. Karena buah jambu air di Desa Sejati rasanya berbeda dengan Jambu air di luar Sejati, karena di Desa Sejati tanahnya berpasir,” tutur Ketua UMKM Katering Tunas Sejati, Hanafi kepada koranmadura.com, Jumat, 29 September 2017.
Hanafi mengatakan, setelah dirinya melakukan sharing dengan berbagai akademisi, buah tersebut masih belum bisa dilakukan pengolahan, sehingga masyarakat Sejati langsung menjualnya dalam bentuk buah.
“Kami sudah tanya dan ada juga mahasiswa dari Surabaya. Buah itu belum bisa diolah. Jadinya warga ngirim buahnya ke Surabaya dan Malang. Ada juga yang menjualnya di pinggiran jalan sini,” katanya.
Sejauh ini Pemkab setempat hanya melakukan pembinaan rutin tanpa berencana mengembangkan potensi lokal yang ada dijadikan pusat agrobisnis atau agrowisata seperti daerah Malang yang dikenal dengan buah Apelnya. Penanaman pohon jambu air saat ini hanya dijadikana tanaman pekaranagan dan pembatas pagar di persawahan.
“Di desa itu ada lahan yang dimiliki aset desa dan hanya ditanami jagung, kacang. Kalau lahan itu dikembangkan ke sektor agrobisnis kan bagus. Padahal jambu air sangat bagus dikonsumsi oleh semua orang, tidak ada efek sampingnya,” terangnya.
Menanggapi ha itu, Moh Hasan Jailani menceritakan, saat orde baru, buah jambu air asal Sampang sempat menjadi buah bibir, sebab setiap tanggal 17 Agustus, buah jambu air selalu dihidangkan di Istana Presiden.
“Itu cerita yang saya dengarkan dari masyarakat. Dan 10-15 tahun lalu memang sempat ada wacana desa tersebut hendak dijadikan pusat agrowisata karena desa itu berada di jalan nasional dan dekat dengan pantai. Jadi saya rasa itu bisa dikembangkan ke arah jangka panjang. Apalagi memang potensi lokal itu memang ada dan sudah di depan mata,” tutur Ketua LPBINU Sampang itu. (MUHLIS/MK)