SUMENEP, koranmadura.com – Di momen Hari Jadi Sumenep ke-748, kantor Bupati setempat didimo dua elemen mahasiswa dalam kurun waktu tak sampai setengah hari, Senin, 30 Oktober 2017.
Aksi unjuk rasa pertama digelar sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sumenep. Sedangkan unjuk rasa kedua datang dari Gerakan Mahasiswa Ekstra Parlement (Gempar).
Sepeti diberitakan sebelumnya, pada aksi pertama aspirasi yang disampaikan mahasiswa terkait program mencetak lima ribu wirausaha muda. Mahasiswa menilai program tersebut gagal total. Baca:
Tak Ditemui Bupati, Mahasiswa-Polisi Terlibat Aksi Saling Dorong
Sementara di aksi kedua, mahasiswa menagih janji politik Bupati dan Wakil Bupati untuk membangun desa dan menata kota. “Momen hari jadi kali ini harus dijadikan semangat oleh pemerintah untuk menjalankan program yang sudah menjadi janji politik, di antaranya bangun desa, nata kota,” ujar koordinator Gempar, Mahfud Amin.
Dia menilai, jargon politik bangun desa dan nata kota hingga kini belum sepenuhnya terpenuhi. Indikasinya, pendampingan dari pemerintah daerah kepada pemerintahan desa masih jauh panggang dari api.
“Belum lagi bicara persoalan nata kota. Sekarang kota masih semrawut karena pemerintah daerah tidak memiliki grand design yang jelas. Ke depan pemerintah perlu lebih serius lagi menata kota,” tegasnya.
Menyikapi hal itu, Kepala Bappeda Sumenep, Yayak Nurwahyudi, yang menemui mahasiswa mengatakan, pihaknya akan melakukan diskusi lebih detil terkait tuntutan mahasiswa mengetani bangun desa nata kota.
“Yang pasti, terkait bangun desa yang menjadi atensi kami ke depan, desa harus memiliki siskeudes yang bagus, sistem pemerintahan, BUMDesnya juga harus bagus,” kata Yayak, menjelaskan.
Sedangkan mengetai nata kota, menurut mantan Kepala Diskominfo Sumenep ini, paling tidak ke depan kota terbebas dari banjir, “Di samping itu, PKL (pedagang kaki lima) juga tertata dengan baik,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/MK)