JAKARTA, koranmadura.com – Tiangong 1, stasiun luar angkasa pertama China, akan menghantam bumi dalam bentuk hujan debu berapi dan diperkirakan dapat terjadi dalam waktu dekat.
China telah melapor kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa Tiangong 1 dapat memasuki atmosfer pada awal 2018. Saat itu terjadi, panas dan tekanan yang ekstrem akibat kecepatan yang dapat melebihi 24.000 km/jam akan menghancurkan stasiun luar angkasa seberat 8,5 ton.
Meski demikian, ahli astronomi Bill Ailor beranggapan, terdapat kemungkinan tersisanya beberapa hardware berkat struktur berlapis yang dimiliki Tiangong 1. China National Space Administration juga mengatakan, kemungkinan sisa-sisa dari Tiangong 1 akan berjatuhan di atas laut dan tidak akan menimbulkan bahaya.
Meski begitu, ahli astronomi lainnya Jonathan McDowell mengatakan, mustahil untuk memperkirakan lokasi stasiun luar angkasa tersebut akan jatuh. “Hal tersebut benar-benar tidak bisa dikendalikan,” ujarnya.
“Ada kemungkinan timbulnya kerusakan, seperti hujan material metal yang dapat menembus atap rumah. Namun jangakauannya tidak akan luas,” katanya menambahkan.
Tiangong 1 yang diluncurkan pada 2011, telah menjalankan tiga misi selama di luar angkasa, termasuk misi yang melibatkan Liu Yang dan Wang Yaping sebagai astronot perempuan pertama China.
Stasiun tersebut tidak direncanakan untuk digunakan lebih dari dua tahun, namun masih beroperasi hingga 2016 sampai pada akhirnya layanan data di dalamnya dimatikan.
Sabtu (21/10/2017), beberapa bulan kemudian, China National Space Administration kehilangan kontrol sepenuhnya terhadap Tiangong 1 akibat kegagalan teknis dan mekanis.
Meski begitu, stasiun ini tidak sepenuhnya menghilang. Pada Mei lalu, China mengatakan kepada Peaceful Uses of Outer Space Committee di PBB bahwa mereka akan terus memantau pergerakan Tiangong 1 dan melaporkan perkembangannya hingga detik terakhir. Publik bisa melacak keberadaan Tiangong 1 lewat website www.n2yo.com. (detik.com)