PAMEKASAN, koranmadura.com – Program tanam tebu sempat menarik perhatian petani untuk melakukan penanaman. Namun setelah 4 tahun berjalan, program tersebut mulai ditinggalkan.
Program taham tebu dimulai sejak tahun 2014 dengan lahan tanam tebu seluas 300 hektare. Pada 2017 luas lahan tenaman tebu berkurang drastis, menjadi 103 hektare, yang tersebar di sejumlah kecamatan.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan kabupaten Pamekasan, Isye Windarti. Menurutnya, setelah program tanama tebu berjalan, akhirnya dengan sendiri terseleksi lahan yang cocok untuk tanaman bahan baku gula itu.
“Berkurangnya luas tanamanan tebu karena minimnya lokasi perkebunan yang strategis dan harus bisa diakses oleh kendaraan roda empat, biaya panen lebih murah dan bisa untung banyak,” kata Isye.
Lanjutnya, sebagian masyarakat di Pamekasan merupakan petani yang menggantungkan hidup dari hasil bumi. Sehingga, masyarakat lebih memilih bercocok tanam dengan berbagai komoditi yang bisa memberikan penghasilan beragam dalam setahun.
“Makanya petani masih lebih memilih menanam tembakau dari pada tebu, karena setelah panen petani bisa bercocok tanam kembali dengan komoditi lain seperti jagung maupun padi,” ungkapnya. (ALI SYAHRONI/MK)