SUMENEP, koranmadura.com – Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, A. Busyro Karim hadir dalam kegiatan Konfrensi Cabang ke-XX Ikatan Pemuda Nahdhatul Ulama (IPNU) setempat, Minggu, 19 November 2017, di Aula SKD, Batuan. Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan sambutan.
Dalam sambutannya, orang nomor satu di lingkungan pemerintahan Kabupaten Sumenep itu menyampaikan beberapa hal penting kepada para kader, khususnya yang tergabung dalam IPNU, terkait masa depan NU dan NKRI.
Di antaranya, dia mengingatkan bahwa di setiap zaman NU selalu dihadapkan dengan suatu tantangan. Tak terkecuali NU saat ini. Menurutnya, tantangan yang harus dihadapi NU sekarang ialah adanya indikasi gerakan massif dengan dana cukup besar untuk menghilangkan NU dari bumi Indonesia.
“Target panjangnya sebenarnya menghancurkan NKRI. Kenapa NU yang jadi sasaran tembak? Karena seperti sering dikatakan kiai sepuh, ‘kalau mau menguasai Indonesia, kuasai dulu NU; kalau mau memecah belah Indonesia, pecah belah dulu NU; dan kalau mau menghancurkan Indonesia, hancurkan dulu NU’,” ujarnya.
Indikasi adanya gerakan seperti itu, menurut dia, bisa dilihat dari serangan-serangan kepada ulama-ulama NU, khusunya para ulama pengawal NKRI yang semakin tajam. Tujuannya menghilangkan kepercayaan umat kepada ulama dan mengalihkannya kepada ulama-ulama yang “direkomendasi” para penyerang itu sendiri.
Bupati meminta agar warga NU, khususnya para generasi muda NU untuk meningkatkan kajian literasi, baik terhadap ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu humaniora maupun ilmu-ilmu politik. Agar tidak mudah dibodohi oleh gerakan-gerakan yang “menyerang” warga NU.
“Karena biasanya mereka menyerang NU dengan berbagai cara. Mulai dari gerakan perang pemikiran; rekayasa psikologi; ataupun intrik politik dengan memanfaatkan sentimen agama, fanatisme Islam dan ‘politik kebencian’,” tambah Busyro.
Di samping itu, dia juga meminta para kader IPNU, seluruh elemen dalam organisasi NU, dan warga NU pada umumnya agar tetap solid menangkal segala bentuk fitnah disebar melalui media sosial untuk menghancurkan NU.
“Tapi harus tetap dengan cara bil hikmah wal mau’idhatil hasanah. Artinya, bila mereka rajin menyebar hoax yang menyudutkan NU, jangan dilawan dengan hoax atau fitnah juga. Lawanlah dengan menyebarkan berita benar untuk meluruskan kesalahpahaman. Sebab NU itu merangkul, bukan memukul. NU itu damai, bukan melukai,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/MADANI)