PAMEKASAN, koranmadura.com – Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pamekasan, Madura, Jawa Timur, semakin dekat. Meski demikian, belum ada satupun Partai Politik (Parpol) yang percaya diri (pede) untuk mendeklarasikan jagonya masing-masing.
Pengamat politik asal Pamekasan, Ahmad Fauzi mengatakan, Parpol di Pamekasan masih fokus pada manuver politik. Bahkan menurutnya, arah manuver yang dilakukan hanya untuk meraup keuntungan finansial sebesar-besarnya.
Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Surabaya ini mengaku pernah mendengar, harga kursi di dewan untuk mengantarkan calon kepala daerah, berkisar Rp 250 juta sampai Rp 500 juta. “Fenomena ini tidak terbatas kepada partai nasionalis saja, tetapi juga partai yang berlabel islam,” kata Ahmad Fauzi, Senin, 27 November 2017.
Sehingga kata dia, sangat mustahil Pilkada Pamekasan akan menghasilkan pimpinan visioner, karena proses dari awal sudah transaksional.”Mustahil akan ada calon pemimpin visioner kalau partai sudah jadi mesin transaksi. Justru akan meningkatkan apatisme masyarakat terhadap partai politik,” tandasnya.
Oleh sebab itu, partai politik harus mulai sadar diri. Pilkada sudah di depan mata, Pemilu tinggal menghitung bulan dan Pilpres juga demikian. Partai politik harus kembali menjadi mesin pencetak kader pemimpin bangsa yang ingin menjadikan Indonesia dan Pamekasan lebih maju dan makmur.
“Untuk menuju ke arah sana, partai politik sudah memiliki garis dan rencana sendiri. Namun mereka seperti orang yang lupa diri karena terlalu banyak memikirkan di luar dirinya,” imbuhnya.
Hingga saat ini, ada sejumlah nama yang digadang-gadang bakal maju di Pilkada Pamekasan, antara lain Kholilurrahman, Badrut Tamam, Taufadi, Rudy Susanto, Achmad Baidowi, Halili Yasin, dan Fathorrahman. Sementara Pilkada Pamekasan akan digelar bersamaan dengan beberapa daerah lain di Indonesia, termasuk Bangkalan dan Sampang, pada 27 Juni 2018 mendatang. (RIDWAN/BETH)