Keputusan Presiden AS Donald Trump mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel mendapat reaksi keras berbagai pemimpin dan masyarakat dunia. Pimpinan Katolik sedunia Paus Fransiskus mengungkapkan keprihatinannya. Inggris yang selama ini merupakan sekutu paling dekat AS pun melalui PM Inggris Theresa May dalam bahasa berbeda mengungkapkan ketaksetujuannya. Presiden Joko Widodo menyebut pengakuan sepihak itu melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB dan bisa mengguncang stabilitas keamanan dunia. Praktis keputusan Donald Trump memang menimbulkan reaksi penolakan dan kecaman keras serta kemarahan dari berbagai penjuru dunia.
Reaksi dunia yang berlatar belakang beragam adalah gambaran bahwa persoalan Palestina sepenuhnya menyangkut kemanusiaan. Perjuangan rakyat Palestina merupakan upaya pembebasan dari belenggu arogansi dan agresi Israel. Tak ada kaitan perjuangan Palestina dengan persoalan agama tertentu. Apalagi fakta demografi memperlihatkan keanekaragaman agama rakyat Palestina.
Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam bersikap keras sudah tentu atas dasar komitmen kemanusiaan yang secara tegas tercamtum dalam Pembukaan UUD 1945. Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Nilai-nilai kemanusiaan universal itu yang menjadi komitmen Indonesia, seperti juga negara lainnya. Bahwa di era modern seperti sekarang ini kemerdekaan harus diwujudkan dan dirasakan semua manusia di permukaan bumi ini, tanpa kecuali. Tidak boleh lagi atas dasar kepentingan apapun, faham dan ajaran agama apapun, untuk melakukan tindakan mencengkeram dan membungkam nilai-nilai kemanusiaan bernama kemerdekaan.
Reaksi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam dalam menyikapi perlakuan Amerika Serikat terhadap Palestina haruslah dipahami sebagai perwujudan nilai-nilai kemanusiaan atas dasar keyakinan keterikatan Islam dan komitmen sebagai bangsa seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Semangatnya mengarah pada membela perjuangan kemanusiaan rakyat Palestina yang ingin membebaskan diri dari penjajahan zionis Israel.
Di sini penting kejelasan bahwa persoalan Palestina bukan menyangkut perlawanan berlatar belakang keagamaan. Perjuangan rakyat Palestina bukanlah perjuangan umat Islam melawan zionis Israel. Perjuangan melawan zionis Israel sepenuhnya merupakan upaya keras melawan penjajahan Israel dari rakyat Palestina yang memiliki latar belakang keterikatan keagamaan Islam, Kristen dan Yahudi serta kepercayaan agama lainnya. Sangat jelas ini perjuangan kemanusiaan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan yang secara tegas merupakan komitmen moral dan normatif Indonesia.
Karena itu selayaknya seluruh Indonesia, dari kalangan agama apapun bersatu bahu membahu membantu perjuangan rakyat Palestina. Sebab sangat jelas bahwa perjuangan rakyat Palestina tidak terkait keterikatan agama apapun. Sepenuhnya perjuangan rakyat Palestina demi membebaskan diri dari belenggu penjajahan zionis Israel.
Semangat umat Islam Indonesia dalam membela dan membantu perjuangan rakyat Palestina sejatinya merupakan wujud perjuangan kesadaran kebangsaan dan kenegaraan Indonesia bertitik tolak keyakinan personal akan nilai-nilai kemanusiaan agama Islam yang anti penjajahan. Dengan demikian kalangan masyarakat beragama lain, harus ikut serta membantu perjuangan rakyat Palestina atas dasar kesadaran serupa bertitik tolak dari keyakinan personal nilai-nilai keagamaan. Melalui ikatan kesadaran mewujudkan nilai-nilai kebangsaan dan kenegaraan yang anti penjajahan akan terbangun solidaritas nasional dari seluruh komponen bangsa Indonesia untuk membantu rakyat Palestina. Keyakinan keterikatan keagamaan yang berbeda menyatu dalam kesadaran kebangsaan dan kenegaraan Indonesia tercinta.
Di duniapun kini terpapar solidaritas kemanusiaan tanpa batas-batas keterikatan keagamaan. Reaksi dunia sepenuhnya atas dasar kemanusiaan demi membantu perjuangan rakyat Palestina. Fakta bahwa Yerussalem merupakan tempat suci tiga agama besar dunia, makin mempermudah terbangun ikatan solidaritas antara penganut agama dalam bingkai nilai kemanusiaan. “Perlindungan Yerussalem dan tempat-tempat suci untuk semua agama harus menjadi prioritas,” tegas Sima Bahous, perwakilan Yordanis di PBB, yang menggambarkan semangat kebersamaan agama-agama di dunia.
Persoalan Palestina mampu menyatukan semangat kemanusiaan pemimpin dan rakyat dari berbagai negara dengan latar belakang agama, budaya, sistem politik dan lain-lain yang berbeda-beda demi perjuangan kemanusiaan. Kita berharap solidaritas indah dunia itu menjadi inspirasi rakyat negeri ini untuk perjuangan nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 1945. Sebuah kebersamaan seluruh komponen bangsa Indonesia tanpa skat-skat perbedaan apapun. (*)