SUMENEP, koranmadura.com – Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, memiliki ratusan bahkan ribuan pengukir. Hanya saja Kabupaten paling timur Pulau Madura ini kalah bersaing dengan daerah lain dalam hal promosi.
Para pengukir di Kabupaten Sumenep banyak berasal dari Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan. Secara turun temurun, warga di sana hingga kini tetap menekuni pekerjaan mengukir. Hasilnya bisa berupa kursi, ranjang, maupun hiasan dinding.
Bupati Sumenep, A. Busyro Karim mengakui, sejauh ini produk ukir masyarakat Karduluk masih kalah bersaing dengan daerah lain dalam hal promosi. “Kalau dari sisi kualitas produknya, saya yakin tidak kalah,” katanya, Rabu, 31 Januari 2018.
Karena kalah promosi, sambung orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep ini, tak jarang ukiran dari Karduluk justru tidak dikenal sebagai ukiran Karduluk. Karena itu, pihaknya mendorong agar ke depan hal tersebut tidak terjadi lagi.
Untuk itu, Pemkab berencana akan mematenkan ukiran khas Karduluk. “Saya berharap, ke depan (ukiran dari Karduluk) tidak boleh diberi nama lain. Ini Karduluk. Kita harus bangga dan mempunyai keberanian untuk go internasional,” tegasnya.
Dalam hal pemasaran, Bupati mengklaim tidak ada kendala yang cukup berarti seperti halnya keris yang termasuk senjata tajam. “Kalau ukiran ini tidak ada. Tinggal lebih menggalakkan promosi saja,” pungkas dia.
Untuk diketahui, hari ini Pemkab Sumenep menggelar kegiatan Sumenep Mengukir dan Pameran Produk Ukir bertempat di lapangan Karduluk. Kegiatan tersebut merupakan event pertama dari 39 event yang rencananya akan dilaksanakan selama tahun kunjungan wisata ini. (FATHOL ALIF/FAIROZI)