Tahun 2018, disamping merupakan tahapan ketiga pelaksanaan Pilkada serentak sekaligus jelang tahun politik, selayaknya menjadi penegasan penting bagaimana negeri ini melompat lebih jauh ke arah lebih baik. Berbagai pembangunan infrastruktur yang akan selesai di tahun ini menjadi bagian dari titik tolak melompat ke depan. Sebuah komitmen kebersamaan seluruh rakyat selayaknya dibangun atas dasar kepentingan bersama agar negeri ini menjadi lebih baik.
“Indonesia adalah kita, jatuh bangunnya ada di tangan kita, Tuhan telah melengkapkan kita, semua prasarat menjadi bangsa yang hebat, tugas kita merawat dan mencintai.” Bisa menjadi kebulatan tekad dalam memasuki tahun 2018. Sebuah tekad yang meminimalkan ego, yang meruntuhkan batas-batas kepentingan sempit baik itu partai, suku, agama dan lainnya.
“Kita” bukan orang orang lain yang berada nun jauh di sana, yang menentukan nasib bangsa ini ke depan. Kita sendiri yang merupakan pemilik sah negeri ini, yang memiliki kewajiban merawat dan mencintai agar menjadi negeri hebat; Indonesai hebat. Begitulah antara lain penegasan tajam Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Soekarnoputri. Sebuah pesan yang menggugah tentang jati diri dan kemampuan bangsa ini dalam mengatasi berbagai masalah yang membelenggu negeri ini.
Tak akan ada kepedulian dari siapapun bila “kita” sendiri hanya meratapi nasib; diam dan pasrah saja pada keadaan. Kitalah yang harus bergerak, peduli, bangkit mengatasi dan menghadapi berbagai tantangan yang terbentang di depan mata. Kitalah yang harus memulai. Ya “kita” seluruh rakyat Indonesia dengan tidak berpikir dan mengedepankan semangat “saya,” menyalahkan “anda”. Seluruh komponen yang beraneka ragam yang menghiasi kehidupan negeri ini, dari Sabang sampai Merauke harus berbaris bersama dalam ikatan “Kitalah Indonesia.”
Terlalu besar bangsa ini baik luas dan potensi alam maupun permasalahannya untuk diselesaikan oleh sekedar kekuatan “saya” apalagi dengan menyalahkan serta mengabaikan “anda.” “Saya” dan “anda” harus menyatu menjadi kekuatan “kita” yang bisa membawa bangsa ini mampu menyongsong masa depan lebih baik.
“Kita bangsa besar, bukan bangsa tempe,” tegas Bung Karno, yang menunjukkan potensi dan kemampuan bangsa Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Sudah banyak bukti bahwa putra-putri terbaik negeri ini ternyata mampu berprestasi di pentas dunia. Sebuah pembuktian riil bahwa bangsa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain. “Tradisi Bangsa lndonesia bukan “tradisi tempe”. Kita di zaman purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara, pernah mengarungi lautan untuk berdagang sampai ke Arabia atau Afrika atau Tiongkok,” tegas Bung Karno.
“Tuhan telah melengkapkan kita, semua prasarat menjadi bangsa yang hebat,” lanjut Ibu Megawati, yang mengingatkan bahwa negeri ini sesungguhnya memiliki potensi dan kemampuan menjadi bangsa yang hebat. Kemampuan anak negeri ini sudah teruji; potensi bangsa ini sangat melimpah ruah. Karena itu tak ada alasan “kita” tidak bisa hebat. Kita adalah Indonesia, kita bisa menjadi Indonesia Hebat.
Semua sudah terpapar dan terbentang di depan mata. Kita saatnya harus memiliki rasa percaya diri yang kuat bahwa kita bisa mewujudkan Indonesia hebat. Harus yakin dengan kemampuan dan bekal yang kita miliki untuk bergerak bekerja keras menyelesaikan berbagai masalah yang membelenggu bangsa ini, lalu menata kehidupan masa depan menjadi lebih baik. “Tak ada Indonesia tanpa kerja keras, tak ada Indonesia tanpa gotong royong,” tegas Ibu Megawati.
Dengan kerja keras dan semangat gotong royong, apalagi berbekal potensi alam luar biasa yang dikarunia Tuhan pada negeri ini, kita yakin bisa mewujudkan Indonesia hebat. Tuhan tak akan merubah nasib satu bangsa kecuali bangsa itu sendiri, yang bergerak dan bekerja keras merobah nasibnya. Indonesia adalah kita, jatuh bangunnya memang di tangan kita.