SUMENEP, koranmadura.com – Masih tentang nenek Tijah, warga miskin di Desa Sera Timur, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang hidup sebatangkara di gubuk reyotnya. Kali ini tentang harapannya di usianya yang telah renta.
Secara pasti, nenek Tijah tidak ingat tahun berapa dilahirkan. Yang jelas, saat ini ia telah berumur dan hanya tinggal seorang diri di rumahnya yang berukuran sekitar 3×4 meter. Kendati begitu, ia tampak tegar menjalani nasibnya.
Meski penglihatannya sudah tak bisa diandalkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, seperti makan, nenek Tijah mengaku memasak sendiri. Itu pun kalau ada beras untuk dimasak.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dapurnya, nenek Tijah tak bisa belanja sendiri ke toko. Ia hanya mengandalkan warga sekitar jika ada yang melintas di samping rumahnya untuk nitip belanja seperti tahu sebagai pelengkap nasi yang dimasaknya. Lagi-lagi, itu pun kalau punya uang untuk dibelanjakan.
“Kalau ada orang lewat, saya nitip, seperti beli tahu. Setelah dapat, tidak digoreng. Tapi langsung dimakan mentah. Saya tidak ke mana-mana. Hanya tinggal di sini (rumahnya),” tuturnya berbahasa Madura, Kamis, 11 Januari 2018.
Sandainya ada orang yang mau membantu mengobati matanya, nenek Tijah mengaku senang. “Supaya bisa jalan-jalan. Terus kalau butuh sesuatu bisa membeli sendiri,” lanjutnya, masih berbahasa Madura.
Untuk diketahui, di Sumenep, meski pada 2017 angka kemiskinan di Sumenep menurun 0,47 persen dari tahun sebelumnya, namun jumlah penduduk miskin masih 200 ribu jiwa lebih. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Sumenep masih 211.920 jiwa. Menurun 4.220 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 216.140 jiwa.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Sumenep, Madura, Jawa Timur, R. Akh. Aminullah mengaku akan terus menekan angka kemiskinan di daerahnya melalui bantuan-bantuan sosial, seperti bantuan untuk rumah tak layak huni (RTLH) yang tahun ini meningkat dibanding tahun lalu.
Dia mengakui, pengentasan kemiskinan di Sumenep tak semudah membalikkan telapak tangan. Selain jumlah penduduknya banyak, kabupaten paling timur Pulau Madura ini juga terdiri dari beberapa wilayah kepulauan.
“Kami memiliki kepulauan. Itu lah yang membuat Kabupaten Sumenep ini harus bekerja ekstra agar bantuan-bantuan sosial sampai ke pelosok-pelosok,” ujar Minul saat dikonfirmasi terkait masih tingginya angka kemiskinan di Sumenep, Rabu, 10 Januari 2018. (FATHOL ALIF/RAH)