ISLAMABAD, koranmadura.com – Imran Ali, pelaku pembunuhan dan pemerkosaan seorang bocah perempuan bernama Zainab Ansari yang memicu unjuk rasa di Pakistan, ternyata juga bertanggung jawab atas pemerkosaan dan pembunuhan tujuh bocah lainnya. Semua korbannya di bawah usia 11 tahun. Dia dijuluki sebagai pembunuh berantai.
Seperti dilansir CNN dan Reuters, Rabu, 24 Januari 2018, otoritas setempat mengumumkan Imran Ali (24) telah ditangkap di Kota Kasur, Provinsi Punjab. Di hadapan polisi, Imran Ali mengakui kejahatannya.
Zainab Ansari berusia 7 tahun, korban terbaru kebejatan Imran Ali. Jenazahnya ditemukan dibuang di tempat pembuangan sampah di Kasur, dua pekan lalu. Empat hari sebelumnya, Zainab dilaporkan hilang usai pergi mengaji.
Dalam keterangan pers, Selasa, 23 Januari, waktu setempat, Kepala Menteri Punjab Shehbaz Sharif menyebut pelaku telah mengakui membunuh Zainab dan DNA pelaku cocok dengan 1.150 sampel DNA yang diambil dari jenazah Zainab.
“Babak pertama penyelidikan kita telah berakhir. Kita telah menangkap makhluk mengerikan ini. Saya ingin Imran Ali dihukum gantung di depan umum,” ucap Sharif.
Imram Ali diketahui masih tetangga korban. Pejabat kepolisian setempat yang enggan disebut namanya menyebut pelaku sebenarnya ditangkap pada Rabu, 17 Januari, pekan lalu, namun baru diumumkan pekan ini karena menunggu bukti DNA.
Korban pertama Imran Ali diduga ditemukan tewas di Kasur sekitar 2 tahun lalu. Juru bicara pemerintah Punjab, Malik Muahmmad Ahmad Khan menuturkan kepada CNN, sampel DNA yang ditemukan pada jenazah Zainab cocok dengan sampel DNA pada jenazah sejumlah korban lainnya.
Ahmad Khan menyebut, otoritas setempat sebenarnya telah menemukan keterkaitan DNA setelah serangan keempat terjadi beberapa waktu lalu. Usai kecurigaan adanya pemerkosa dan pembunuh berantai di Kota Kasur, pelaku diketahui melancarkan aksi bejatnya selama beberapa kali.
Menurut Ahmad Khan, polisi setempat tidak menyelidiki kasus-kasus penculikan bocah perempuan lainnya seserius kasus Zainab. Akibatnya, sejumlah pejabat kepolisian dimutasi dari Punjab, karena dianggap gagal menyelidiki kasus anak hilang yang marak sejak 2015. (DETIK.COM/NVC/ITA/RAH)