JAKARTA, koranmadura.com – Para ibu kadang khawatir ketika anaknya tidak mau makan. Kekhawatiran itu wajar, karena orangtua mana pun pasti tindak menginginkan jantung hatinya sakit.
Penting para orang tua, terutama kaum ibu menyadari bahwa sikap anak adalah reaksi dari tindakan orangtua saat memberikan makanan. Bila anak mau makan, atau tidak mau makan, sejatinya itu juga respons atas prilaku ibu yang diterima anak.
“Karena itu penting agar kita sejak awal mengenalkan anak bahwa makan adalah kegiatan menyenangkan,” kata pakar parenting Noella Birowo di acara Early Learning Center (ELC), di Jakarta, Kamis, 15 Februari 2018.
Menurutnya, bentuk kegiatan menyenangkan dapat berupa interaksi antara orangtua dan anak. Interaksi tersebut bisa seperti pengenalan menu, entah daging, sayur, atau lain-lain. Dalam proses pengenalan, orangtua dapat menjelaskan warna, hingga cerita asal-usul makanan tersebut.
“Seperti kita, anak pun tak suka makan sendiri. Karena itu, interaksi bersama orangtua penting untuk membangun perasaan menyenangkan,” ungkap penulis yang akrab disapa Ui ini.
Nah, dalam proses makan, Ui tak menyarankan orangtua menanggap makan sebagai rutinitas semata, seperti dilakukan tiga kali sehari, di sela-sela itu kemudian diberikan camilan anak. Jika demikian, anak justru disebut berisiko obesitas. Sebab, mereka melihat makan sebagai rutinitas, tanpa ada rasa menyenangkan di balik kegiatan tersebut.
Selain itu, saat makan anak-anak disarankan untuk tidak teralihkan fokus dengan hal lain seperti bermain gawai atau televisi. “Bagaimana makan sambil dibawa jalan-jalan? Saya tidak sarankan. Karena ibunya pasti pegel. Orang dewasa pun demikian, makan tidak jalan-jalan, tapi duduk,” kata dia. (KOMPAS.com/RAH/DIK)