KORANMADURA.com – Ahli paleontologi pernah berpendapat bahwa bahasa muncul bersamaan dengan evolusi dari Homo sapiens sekitar 350.000 tahun lalu. Kebenaran pendapat ini diperdebatkan.
Profesor kajian global dari Bentley University, AS, Daniel Everett mengatakan dalam presentasinya di acara American Association for the Advancement of Science (AAAS) di Texas, AS, nenek moyang kita sudah dapat berkomunikasi jauh sebelumnya.
Menurut Daniel, homo erectus yang hidup sekitar 1,8 juta tahun lalu dipercaya sebagai manusia purba pertama yang menggunakan kata dan isyarat untuk berkomunikasi.
Sementara Menurut Everett, bahasa di era Homo erectus digunakan untuk berkomunikasi saat berburu atau membangun kapal untuk menjelajah pulau-pulau kecil seperti Flores atau pulau Kreta yang ada di Laut Tengah, di mana fosil mereka ditemukan dan tanah tersebut tidak terhubung dengan Afrika. Ini menandakan bahasa sudah dipakai sejak 1,5 juta tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
“Semua orang mengatakan Homo erectus adalah makhluk mirip kera yang bodoh, namun saya berpendapat ia adalah makhluk paling cerdas yang pernah ada di bumi,” tegas Everett dalam presentasinya dilansir Telegraph, Selasa, 20 Februari 2018.
Everett menjelaskan beberapa bukti kepintaran erectus adalah mereka memiliki kemampuan merencanakan sesuatu dan pandai membuat alat. “Alat paling menakjubkan yang dibuat mereka adalah kapal untuk berlayar di laut terbuka,” sambungnya.
Masih kata Everett, lautan bukanlah penghalang erectus untuk menjelajah tempat baru ke pelosok dunia yang dilakukan dengan terencana. Buktinya, mereka pergi dengan kelompok besar berisi 20 orang atau lebih untuk menuju tempat baru. Jadi, mereka sudah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi di atas pelayaran.
“Tidak mungkin mereka dapat mengendarai kapal begitu saja. Misalnya, saat akan menabrak arus jika tidak ada komunikasi untuk mendayung, kapal pasti akan hanyut. Atau kalau tidak ada arus, pasti ada instruksi kapan harus mendayung dan tidak. Di sini butuh komunikasi tidak hanya dengan kata-kata tapi juga isyarat. Mereka melakukan banyak hal untuk ini menjadi semacam komunikasi yang kita lihat pada spesies lain tanpa simbol,” imbuhnya.
Homo erectus merupakan anggota pertama dari genus homo sekaligus spesies manusia pertama. Tingginya sekitar 180 sentimeter dan memiliki otak terbesar dari hewan darat yang pernah ada, yakni sekitar 950 cc atau seperti yang dimiliki otak perempuan Eropa modern.
Everett menyampaikan, Homo erectus pada masanya sudah memiliki pemukiman yang maju. Mereka mempunyai area terpisah untuk tempat tinggal, tidur, area untuk mengolah tanaman dan hewan, serta area yang digunakan untuk kegiatan bersama.
“Mereka tentu saja tidak mampu berbicara seperti kita, namun mereka memiliki bahasa yang berbeda,” ujar Everett.
“Homo erectus harus lebih dihormati sebab Homo neanderthalis dan Homo sapiens sudah lahir dalam dunia linguistik. Itu artinya kita telah mewarisi apa yang diciptakan Homo Erectus,” kara Everett.
Namun, teori Everett ini masih menjadi kontroversi. Salah satunya Profesor Chris Stringer dari The Natural History Museum, London menolak gagasan itu.
“Bisa saja erectus ke Flores tidak menggunakan kapal, tapi tsunami yang memindahkannya. Saya yakin Homo heidelbergensis yang hidup antara 600 ribu sampai 200 ribu tahun lalu memang punya kemampuan berbicara meski bahasanya tidak seperti manusia modern. Namun, pada Homo erectus saya tidak begitu yakin,” kata Stringer. (KOMPAS.com/RAH/DIK)