SAMPANG, koranmadura.com – Ahmad Budi Cahyanto, guru mapel kesenian di SMAN 1 Torjun, dianiaya oleh MH, muridnya sendiri, hingga meninggal dunia, Kamis, 1 Februari 2018. Insiden ini menggugah keluarga pelaku. Kakak MH, Suud Ali Yunus mengatakan keluarga MH mengucapkan permohonan maaf kepada keluarga korban dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) seindonesia.
“Kami dari keluarga pelaku, mengucapkan permohonan maaf kepada pihak keluarga korban, PGRI, kepala sekolah, dan segenap para guru SMAN 1 Torjun. Tidak lupa pula, kami meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, terlebih masyarakat Sampang atas peristiwa ini. Kami berharap peristiwa ini tidak terjadi lagi,” tutur Suud Ali Yunus, yang mendampingi Mohammad Yahya, ayah pelaku, di rumah kepala Desa Torjun, Jumat, 2 Februari 2018.
Menurutnya, setelah mendengar informasi tersebut dari berbagai media, pihaknya kooperatif langsung menyerahkan MH ke polisi. “Kami kooperatif langsung menyerahkan adik saya ke Mapolres Sampang tanpa ada petugas menjemput ke rumah, karena kami ingin adik saya langsung menjelaskan ke polisi,” kata Suud.
Menurut Suud, selama ini MH dikenal pendiam di rumahnya. Suud sempat merasa tidak percaya mendengar adiknya itu dikabarkan melakukan perbuatan yang mengakibatkan nyawa gurunya melayang. “Saya tidak percaya karena karakter adik saya itu pendiam. Tapi, setelah kami mendengar laporan dan laporan itu benar 100 persen, kami langsung serahkan ke mapolres,” ucapnya.
Setelah Habisi Nyawa Guru Sendiri, Akhirnya Siswa Ini Serahkan Diri ke Polisi
Suud tidak memungkiri saudara bungsunya itu dikatakan pernah mendapat surat laporan dari pihak sekolah karena sering terlambat ke sekolah. “Memang ada surat dari sekolah, bukan masalah itu, tapi karena adik saya telat. Jujur saya kaget dan menyesalinya,” ujarnya.
Senada disampaikan Kepala Desa Torjun, Sampang, H. Arbain Faisol. Pihaknya bersama keluarga akan bersilaturahmi untuk meminta maaf secara langsung kepada keluarga korban.
“Jadi, permintaan maaf untuk sementara. Saya masih belum bisa menemui keluarga korban, karena situasi dan kondisi yang belum memungkinkan,” kata Arbain Faisol. (MUHLIS/RAH)