JAKARTA, koranmadura.com – Branding Consultant Uti Rahardjo menyatakan setiap orang, sejak kelahirannya, dibekali potensi kreativitas. Tinggal bagaimana keseriusan masing-masing personal mengasah potensi tersebut. “Banyak yang menganggap dirinya tidak kreatif. Padahal, kreativitas sudah ada sejak lahir,” kata Uti Rahardjo.
Potensi itu oleh Uti disebut “DNA kreativitas”. Menurutnya, ada delapan jenis DNA kreativitas. Adakah salah satunya pada diri kamu? Mari direnungkan kedelapan ciri DNA kreativitas tersebut.
Pertama, curiousity (keingintahuan) dan courage (keberanian). Potensi ini membuat mereka memiliki kemampuan bereksplorasi dan merasa tidak nyaman di zona nyaman. “Bukan karena takut, tapi mereka merasa bisa mengetahui dan mendapatkan sesuatu yang lebih,” katanya.
Kedua, resilience (ketahanan). Mereka tidak takut menghadapi masalah. Kekecewaan boleh saja ada, namun mereka tetap mencoba menemukan jalan keluarnya.
Ketiga, energi. Mereka bisa mengoptimalkan energi untuk tetap fokus dan menyelesaikan sesuatu.
Keempat, agility (kelincahan dan keluwesan). Mereka bergerak sigap tapi tidak panik. Cepat tapi tetap berhitung. “Ketahuan kok orang yang punya kreativitas sama enggak. (Yang tidak punya) kayak lembek, malas, dan tidak punya inisiatif,” tuturnya.
Kelima, transcendent (bisa berpikir melampaui Batasan). Meski mengetahui ada limit atau batasan, tapi mereka melihat ada sesuatu di baliknya yang bisa diungkap dan dibagikan.
Keenam, imagination. Ada yang menyebutnya Imagination rules the world. “Memiliki imajinasi berarti kita berpikir suatu saat akan sampai ke suatu titik. Ada kepercayaan diri di situ,” kata Uti.
Ketujuh, vision (visi). Mereka memiliki visi jangka panjang. Orang yang hanya ingin dapat uang agar bisa membangun rumah besar, kata Uti, bukan tipikal orang kreatif.
Kedelapan, (emphaty). Ciri ini membuat pemiliknya mengerti apa yang harus dilakukan. Misalnya dalam membangun bisnis, dia memahami betul apa yang dibutuhkan banyak orang dalam menjalankan bisnisnya. “Kita bisa memahami pasar, kompetisi, dan yang dibutuhkan pasar,” ujar Uti. (kompas.com/rah)