SAMPANG, koranmadura.com – Hasil karya lukisan mendiang Ahmad Budi Cahyanto, seorang guru honorer kesenian di SMAN 1 Torjun memberikan pesan tersirat. Hal itu diungkapkan oleh seorang Budayawan Asal Kabupaten Sumenep, D Zawawi Imron saat mendatangi rumah duka di Kampung Pliyang, Desa Tanggumong, Kecamatan Kota, Selasa, 6 Februari 2018, siang.
Salah satu karya Budi, yang menyita perhatian Si Celurit Emas ini, adalah lukisan tangan-tangan yang mengelilingi pesona huruf bercahaya. Menurutnya, gambar ini penuh makna yang mendalam di antaranya, pelukisnya ingin mengajak sesamanya melakukan perubahan-perubahan menuju cahaya Ilahi, karena hanya cahaya Ilahi itulah yang akan mendamaikan di dunia hingga akhirat nanti.
“Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Disitu ada tulisan Fasirru Ilallah. Kita semua lari kepada Allah. Atau hijrah kepada Allah. Tapi, Budi malah duluan menghadap Allah. Tugasnya belum selesai. Tugas kita untuk melanjutkan kesenimanan Budi,” paparnya.
Lebih jauh penyair asal Batang-Batang Sumenep ini mengatakan, kesantunan dan kesenimanan Budi sungguh meninggalkan nama harum. Terlihat nyata, belum sejam di rumah duka, kediaman alm Budi sudah didatangi hingga ratusan orang dari berbagai daerah.
Baca: Miris Kejadian Murid Aniaya Guru, Ini Usul Mahfud MD Tentang Pengembangan Pendidikan
“Bukan hanya dari Madura, melainkan guru pendidik dari Mojokerto, UIN Jakarta, Universitas Paramadina, ingin menunjukkan rasa simpati, duka maupun penghormatan untuk Budi. Seolah-olah meninggalnya Budi seperti ulama besar,” tandasnya. (MUHLIS/RAH)