SAMPANG, koranmadura.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat datang ke Sampang, Madura, Jawa Timur, Senin, 12 Februari 2018, disambut demonstrasi massa PMII dan guru sukwan setempat. Mereka menuntut Muhadjir Effendy mundur dari jabatannya.
Salah seorang koordinator aksi, Lukman Hakim mengatakan Muhadjir telah gagal menangani menjalankan tugasnya membawa dunia pendidikan ke arah yang lebih baik. “Jika Mendikbud tidak mampu mengatasi permasalahan ini, lebih baik mundur,” ujar Lukman Hakim.
Menurut Lukman Hakim, salah satu indikatornya, pendidikan di Indonesia saat ini mengarah pada penumbuhan karakter arogansi peserta didik, yang tidak terkendalikan dengan baik. Insiden penganiayaan guru honorer di SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura, Ahmad Budi Cahyanto, yang tewas di kaki muridnya sendiri, MH, cukup dijadikan sebagian bukti arogansi peserta didik yang tak bisa ditangani Mendikbud di bawah kepemimpinan Muhadjir Effendy.
Hal serupa juga dikatakan oleh Masduk. Menurut pemerhati pendidikan di Sampang, kinerja Mendikbud Muhadjir Effendi memang layak dievaluasi. “Menurut saya, Muhadjir gagal. Cara berpikirnya terlalu tinggi. Tidak sesuai dengan budaya rakyat Indonesia. Salah satunya, Indonesia ini agamis, mestinya Muhadjir lebih banyak memasukkan karakter akhlakul karimah dalam kurikulum pendidikan. Selain itu, guru jangan disibukkan dengan dengan pemenuhan administratif, agar guru lebih fokus menekankan pendidikan karakter keagamaan, meskipun materi PAI tidak masuk yang-UN-kan,” kata alumnus pascasarjana STAIN Pamekasan ini.
Masduk mengatakan Muhadjir seharusnya juga tidak lalai menangani pembinaan guru dan peserta didik, terutama di bidang moralitas dan akhlak, bukan hanya mengurus pencapaian target intelektual dan persaingan keilmuan semata. (RAH)