BLITAR, koranmadura.com – Niat Sunarji berbagi rezeki dengan menggelar aqiqoh, malah berujung musibah. Makanan yang dibagikan ke para tetangganya di Dusun Jatiroto, Desa Slorok, Doko Kabupaten Blitar, justru menimbulkan keracunan massal.
Sebanyak 72 warga, termasuk dia dan keluarganya harus mendapat perawatan medis. Bahkan Sunarji dan bapaknya yang memberikan kambing, dirujuk ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Makanan itu berupa nasi, sambal goreng tempe dan olahan daging kambing. Informasi yang dihimpun, tiga kambing didapat Sunarji dari bapaknya yang tinggal di Desa Resampombo, Doko.
“Keterangan yang kami dapat dari warga yang sehat, mereka memasak tiga ekor kambing. Kambing itu dibawakan bapaknya Sunarji untuk hajatan aqiqoh anak lelakinya yang baru dilahirkan,” jelas Kapolsek Doko, AKP Sunardi saat dikonfirmasi, Sabtu (17/2/2018).
Beberapa ibu-ibu di dusun itu lalu memasak tiga ekor kambing itu bersama-sama, Selasa (14/2). Sebab, acara aqiqoh digelar pada Rabu (15/2) malam. Namun hal tak terduga terjadi. Usai makan makanan itu, anak Sunarji, Sahrul Wahyu Wiyono (9) esok paginya mengalami diare diserta demam tinggi. Sunarji lalu membawanya ke Puskesmas Doko.
Namun betapa terkejutnya, saat mengetahui sudah banyak warga mengalami hal yang sama seperti anaknya. Bahkan, selang sehari kemudian, Sunarji bersama bapaknya juga harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
“Kami belum bisa meminta keterangan dari yang punya hajat. Karena dia dan keluarganya ikut keracunan juga. Bahkan harus dirujuk ke rumah sakit,” tambah kapolsek.
Kondisi Sunarji dan bapaknya semakin memburuk. Mereka bersama 8 warga lain terpaksa dirujuk ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
“Kalau istrinya hanya mengalami diare, masih kuat berobat jalan karena juga mengasuh anak balita di rumahnya,” ungkap kapolsek.
Keterangan dari Kepala Puskesmas Doko, Yudia Supradini menyatakan yang dialami warga sebagai akibat mengkonsumsi makanan tercemar. Untuk mengetahui secara pasti penyebab keracunan massal ini, polisi telah mengambil sampel makanan untuk diuji laboratorium oleh Dinkes Kabupaten Blitar.
(detik.com/MK/VEM)