SUMENEP, koranmadura.com – Teror terhadap ulama belakangan kembali terjadi. Salah satunya dialami oleh KH. Abdul Hakam Mobarok, pengasuh Pondok Pesantren Karangasem, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Selain itu, juga terjadi di daerah lain di wilayah Indonesia. Penanganan kasus ini dinilai sangat mengecewakan karena selalu terungkap pelakunya orang gila (orgil).
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto menyebutkan dari 21 kasus teror terhadap ulama di seluruh wilayah NKRI, 15 di antaranya terungkap pelakunya orgil. Penanganan kasus teror ulama ini, kata mantan panglima ABRI itu, dipasrahkan kepada pihak kepolisian.
Pernyataan resmi pemerintah ini langsung mendapat reaksi dari berbagai tokoh. Di antaranya dari pemuka agama Naufal Ramzy. Di akun facebooknya, Naufal menuliskan status yang menyiratkan kekecewaannya. “Pelakunya gila; tapi kok cerdas bedakan, itu bukan ulama, dan yang ini ulama sehingga jadi target. Logika negeri ini sudah serba error, bro!” ungkapnya.
Lebih lanjut kepala KUA di salah satu kecamatan ini menengarai ada otak yang menggerakkan teror ini. “Yakinkah Anda bahwa ada otak impossible di belakang pelaku teror ulama yang selalu dianggap gila (tapi cerdas) itu. GILE MREKA!” tulisnya, menanggapi komen sejumlah nitizen.
Teror ulama ini diyakini berkaitan dengan pilpres 2019. Diduga ada pihak-pihak yang sengaja ingin memperkeruh situasi keamanan di wilayah Indonesia, karena kasus yang berkaitan dengan pemuka agama berpotensi mudah menyulut emosi rakyat Indonesia.
Teror terhadap ulama tidak hanya sekali ini, namun juga pernah terjadi pada 1999. Waktu itu, momentumnya pilkada, sejumlah ulama juga dibunuh, hanya saja pelakunya bercadar menyerupai ninja. Adakah teror atas pemuka agama oleh orgil tahun ini berkaitan dengan teror ninja sebelumnya? (RAH/RAH/VEM)