KORANMADURA.com – Banyak lelaki menyangka, para wanita menyukai pria yang bertubuh kekar dan maskulin. Tubuhnya tinggi. Seperti Jason Momoa, Tom Hardy, Chris Evans, dan lain-lain. Padahal tidak semua wanita berpikiran seperti itu. Bahkan tidak sedikit sederetan wanita cantik lebih menyukai pria yang humoris. Itu hasil survei yang dilakukan oleh Mens Health pada seribu orang perempuan dewasa usia 21-50 tahun.
Setiap orang bisa dan pasti tertawa. Setidaknya, sekali dalam hidupnya, karena tertawa adalah refleks keluar tanpa bisa disadari atau dipaksa. “Ketika tertawa, kita mengekspresikan luapan emosi primitif yang berasal dari dalam tubuh,” ungkap Robert R. Provine, PhD, pakar perilaku neurobiologis asal University of Maryland di Baltimore, dilansir dari WebMD.
Provine juga menemukan wanita bisa tertawa lebih sering dan lebih mudah daripada pria. Wanita menunjukkan antusiasme yang lebih tinggi untuk tertawa ketika merespons humor dan lelucon yang dilontarkan lawan bicaranya.
Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Social Neuroscience tahun 2013 menunjukkan respons otak wanita dalam menanggapi humor dan lelucon sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak. Setelah mengamati 22 anak perempuan dan laki-laki berusia 6-13 tahun yang diminta menonton video-video lucu, otak anak perempuan menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi daripada otak anak laki. Terutama di bagian otak tengah yang bernama amigdala. Amigdala adalah area otak yang memainkan peran kunci dalam mengolah emosi.
Studi di atas menyimpulkan bahwa anak perempuan merasakan kegembiraan dan menunjukkan respons positif yang lebih kuat terhadap hal-hal yang bersifat humor.
Ini indikator bahwa wanita memiliki ketertarikan lebih besar dan lebih menghargai humor. Tidak heran jika ketika membicarakan tipe pria ideal, tidak sedikit wanita yang memprioritaskan cowok humoris ketimbang karakteristik lainnya.
Selain itu, cowok humoris adalah penghibur yang baik. Tanpa disadari, hal inilah yang paling sering didambakan wanita dalam mencari pasangan pria yang ideal. Lelucon yang ia lontarkan di saat yang tepat ketika kamu sedang menghadapi situasi sulit dapat membuatmu tertawa lepas. Tertawa akan memicu otak meningkatkan produksi endorfin, bahan kimiawi di otak yang bisa menghilangkan stres.
Menurut Jefry Hall, Ph.D seorang profesor ilmu komunikasi di University of Kansas, melontarkan lelucon bisa jadi perantara bagi pria untuk berbagi pengalaman dan cara pandang baru untuk masalah yang sedang dihadapi. Hal ini menandakan kalau apapun masalahnya dan seberapapun rumitnya masalah yang nantinya muncul, kamu akan melewatinya bersama-sama dan bisa tersenyum sembari melewati prosesnya. Saling berbagi dan terbuka adalah salah satu tanda hubungan yang sehat.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Evolutionary Psychology tahun 2015 melaporkan bahwa wanita lebih menghargai usaha pria yang terus mencoba melontarkan lelucon, sekalipun mereka baru beberapa kali bertemu. Artinya, lelucon yang “receh” sekalipun bisa menjadi gerbang bagi wanita untuk membuka diri dan mencoba lebih dekat dengan pria tersebut. (KOMPAS.com/RAH/DIK)