TRENGGALEK, koranmadura.com – Pertarungan strategi para kandidat bakal calon Wakil Gubernur Jawa Timur makin terasa. Kali ini Puti Guntur Soekarno bergerilya ke pasar, sedangkan Emil Elestianto Dardak menjumpai kader Muslimat NU.
Selama dua hari berturut-turut menjumpai warga Trenggalek, mengunjungi pedagang di Pasar Pahing Kecamatan Tugu dan Pasar Atom Kamulan Kecamatan Durenan, Puti selalu memperkenalkan diri dengan menyebut dirinya adalah cucu dari Presiden Soekarno.
“Saya Puti, cucu Bung Karno, wakilnya Gus Ipul,” ujarnya kepada pedagang.
Rangkaian safari politik Puti, cucu Presiden RI yang pertama ini berdialog langsung dengan para pedagang. Puti mendengarkan keluhan dan keinginan mereka. Di antaranya mengenai kebersihan, pengelolaan sampah, hingga infrastruktur pasar. “Pasar ini adalah pusat perekonomian masyarakat berbasis kerakyatan. Karakter sebuah daerah itu juga bisa terlihat dari pasar tradisionalnya,” katanya, Selasa, 6 Februari 2018.
Menurut Puti, hasil dialog itu ditemukan permasalahan utama pasar terletak pada system pengelolaan. Dari pengelolaan ini jika tidak benar, akan muncul rembetan masalah-masalah lain.
“Penataan pasar tradisional itu harus dikelola dengan manajemen modern, tetapi tidak mengubah aktivitas perdagangan di dalamnya,” ujarnya.
Sementara bakal calon Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak juga melakukan kegitan politik dengan menemui seribu lebih kader Muslimat NU di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien unit Sunan Pandanaran, di Ngunut, Tulungagung. Kedatangannya disambut meriah oleh ribuan santriwati. Emil selanjutnya bertemu langsung dengan para kader Muslimat NU di aula pesantren.
Suami Arumi Bachsin itu memaparkan beberapa kondisi Jawa Timur yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Terutama terkait dengan disparitas antara sisi utara dan selatan Jawa. “Kawasan selatan ini memang selama ini memang agak kesulitan, karena bandara saja belum punya, jalan tol tidak ada, pelabuhan barang juga belum ada, oleh karena itu Bu Khofifah berkomitmen untuk mengatasi ketimpangan utara dan selatan,” ujarnya.
Emil optimis, apabila kedua wilayah memiliki kesetaraan laju perekonomiannya, tidak menutup kemungkinan Jawa Timur bisa menjadi lokomotif perekonomian di Indonesia. “Untuk menunjang kemajuan itu, salah satu yang memiliki peran penting kaum perempuan. Ketika ke pasar yang menggerakkan rata-rata juga perempuan. Di acara eksposisi, yang menampilkan karya juga perempuan. Inilah yang disebut the power of women atau kekuatan perempuan,” imbuhnya. (detik.com/rah/bdh/nvl)