KORANMADURA.com – Belakangan ini, rokok elektrik makin trendy. Terutama di kalangan anak muda. Bahkan tak sedikit, kaum hawa juga mulai akrab dengan gaya rokok masa kini itu. Tapi, setelah mereka tahu bahayanya melebihi rokok biasa, masihkah rokok elektrik ini disedot?
Hihi.. itu urusan masing-masing orang. Meskipun begitu, asal tahu saja, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan renungan, bila Anda ingin lebih lama menikmati hidup dunia.
Menurut penelitian terbaru, koil rokok elektrik itu, diduga bisa menghasilkan zat beracun dengan kadar yang membahayakan kesehatan penggunanya. Peneliti di Sekolah Kesehatan Johns Hopkins Bloomberg menemukan tingkat kandungan logam pada uap rokok elektrik sudah melampaui batas aman.
Kandungan racun tersebut di antaranya timbal dan kromium yang muncul saat koil rokok elektrik mulai panas. Selain itu, tingkat emisi kromium, nikel, kadmium pada rokok elektrik ditemukan sama atau bahkan lebih tinggi dari rokok konvensional; sedangkan konsentrasi timbal di beberapa sampel rokok elektrik ditemukan sama dengan rokok biasa.
“Kondisi ini harus diperhatikan oleh Food and Drug Association (FDA), perusahaan rokok, dan pengguna rokok elektrik, bahwa ada dugaan masalah pada koil yang menghasilkan racun berbahaya saat menghisap asap dari rokok elektrik,” kata Ana Maria Rule, peneliti senior, dikutip dari New Atlas, Jumat, 23 Februari 2018.
Penelitian dilakukan dengan mendeteksi 15 jenis logam yang berbeda dari 56 pengguna rokok elektrik. Kelima belas jenis logam tersebut memang ada pada cairan rokok elektrik dengan jumlah yang minimum. Namun, ketika terekspos pada koil panas, volumenya meningkat secara signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa logam pada koil baru lebih mengontaminasi daripada koil lama. Hingga saat ini, memang belum ada kajian tentang efek samping rokok elektrik bagi kesehatan manusia dalam jangka panjang. Namun, studi-studi belakangan, termasuk yang baru diterbitkan di jurnal Environmental Health Perspectives ini, menunjukkan bahwa rokok elektrik bukan alternatif yang 100 persen aman. (KOMPAS.com/RAH/DIK)