JAKARTA, koranmadura.com – Meskipun memeluk agama yang sama, tetapi busana muslim di Australia dan Indonesia berbeda. Tidak samanya, terletak pada acara pemakaiannya.
Di Australia, kata Delima Darsman, desainer asal negara tersebut, mereka memakai scarf dengan variasi pemakaian. “Beberapa pakai turban, tapi tetap syar’i. Tapi untuk model, aku sesuaikan dengan wajah modelnya. Ada yang tidak pakai hijab, jadi aku pakaikan topi,” ujarnya, di Jakarta, Jumat, 2 Maret 2018.
Mengenai warna, menurut dia, juga disesuaikan dengan pribadi masing-masing. Sebab pertimbangan itu kembali lagi pada keyakinan. Ada yang mengenakan pakaian panjang dan berwarna gelap, tapi ada pula yang memakai pakaian cerah seperti motif bunga dan lainnya.
Pada musim ini, Delina banyak memilih breathable fabric, atau bahan pakaian yang tidak menghalangi keringat. Salah satunya linen. “Aku banyak pakai linen dalam koleksiku karena sangat ringan dan tidak menghalangi kulit bernapas,” ujar dia.
Sementara menurut Jenahara, desainer Indonesia, gaya berbusana muslim di Australia, lebih santai dan kasual. Sedangkan di Indonesia lebih beragam. Ini juga dipengaruhi musim, di mana Australia memiliki empat musim dan Indonesia hanya dua.
“Jadi, mereka punya gaya kalau summer gimana, winter berbeda lagi. Kalau kita kan enggak punya musim, jadi gayanya benar-benar disesuaikan saja dengan event,” kata Jenahara.
Karena Australia bukan negara Muslim, lanjut Jenahara, cara berbusana muslim kedua negara tak bisa dibandingkan. Berbeda jika kita membandingkan dengan negara mayoritas Muslim seperti Malaysia. “Mereka (Australia) lebih senang pakai baju distro, kaos gitu, celana jeans, pakai sendal Havaianas, jaket-jaket jeans. Jadi beda banget dengan kita,” tuturnya. (KOMPAS.com/RAH/DIK)