Masyarakat Madura perlu belajar dari kasus sampah di Jakarta. Sebagaimana diketahui beberapa hari terakhir ini hampir seluruh media memberitakan menumpuknya sampah di Teluk Jakarta. Foto-foto sampah berserakan hingga menutup permukaan Teluk Jakarta membuat siapapun yang berpikir jernih akan merasakan miris. Apalagi ketika menyaksikan betapa tidak mudah para petugas kebersihan mengatasi menumpuknya sampah yang sangat luar biasa itu.
Aroma bau busuk sampah tak terhindarkan menyebar luas terbawa hembusan angin. Penyebaran penyakit mudah menjangkiti warga di sekitar Teluk Jakarta. Akibat dasyat lainnya dari menumpuknya sampah adalah kemungkinan banjir atau setidaknya genangan air.
Sampah memang menjadi persoalan klasik negeri ini. Terkesan sepele dan baru mendapat perhatian besar ketika dampaknya mulai terasa seperti banjir, air tergenang, penyebaran penyakit dan lainnya. Kerusakan lingkungan juga menjadi dampak sulit terelakan terutama menumpuknya sampah plastik, yang memang tidak bisa hancur.
Perubahan cara berpikir pada masyarakat yang terkesan menganggap sepele memang perlu direformasi total. Cara berpikir menggampangkan inilah sebenarnya yang membuat persoalan sampah seperti sulit teratasi. Masyarakat menganggap sepele dan terkesan kurang peduli, lalu diikuti perilaku membuang sampah bukan pada tempatnya.
Jika satu orang menganggap sepele membuang sampah seenaknya memang tak akan jadi masalah. Membuang daun bungkus kue ke sungai atau selokan jika beberapa orang tak akan membuat saluran air tersumbat. Namun bila ratusan, ribuan, ratusan ribu dan bahkan jutaan warga kurang peduli persoalan sampah dampaknya akan sangat dasyat.
Negara tetangga seperti Singapura sangat ketat luar biasa dalam persoalan membuang sampah. Hukuman tegas bagi siapapun yang membuang sampah seenaknya memberi gambaran tentang kesadaran keseriusan penanganan persoalan sampah. Pemerintah Singapura dan belakangan masyarakatnya menyadari dampak dari kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan.
Belajar dari pengalaman negara tetangga itu, memang sudah waktunya pemerintahan daerah di seluruh Indonesia sungguh-sungguh mengelola sampah. Setiap daerah perlu membuat Perda yang memberikan sanksi ketat pada siapapun yang terbukti membuang sampah sembarangan.
Masyarakat perlu didorong tertib tidak hanya di ruang publik. Di lingkungan sosialpun perlu penerapan sanksi ketat kepada siapapun yang terbukti membuang sampah. Demikian pula instansi pemerintah dan swasta, termasuk sekolah menerapkan pengawasan secara ketat dalam membuang sampah agar menjadi budaya atau kebiasaan baik.
Pengelolaan sampah yang dimulai dari bagaiamana membuang sampah ke tempat sampah harus jadi gerakan nasional dengan pembuatan peraturan dan penerapan sanksi di masing-masing daerah. Penanganan melalui regulasi setingkat Perda ini mempertimbangkan budaya masing-masing daerah serta intensitas dan efektivitas pengawasan. Hal penting lainnya diharapkan memunculkan kompetisi sehat antar daerah untuk berupaya menjadi yang terbaik dalam pengelolaan sampah, kebersihan lingkungan dan lainnya.
Mungkin perlu dipertimbangkan pemberian berbagai insentif pemerintah pusat kepada pemerintah daerah didasarkan pula pada penilaian dalam pengelolaan sampah serta ketaatan masyarakat daerah dalam membuang sampah. Termasuk di sini sudah tentu kesungguhan masyarakat dalam merawat dan membersihkan saluran air dari yang terkecil di sekitar lingkungan rumah.
Sudah terlalu sering berbagai daerah di negeri ini mengalami banjir yang penyebabnya antara lain akibat buruknya pengelolaan sampah, draenase buruk, kebersihan lingkungan kurang terjaga serta yang menjadi pemicu awal adalah budaya membuang sampah seenaknya. Saluran air tertutup akibat sampah menumpuk seakan menjadi cerita biasa dan baru dianggap luar biasa ketika air meluap menyebar menyebabkan banjir.
Pemerintahan daerah khususnya di empat Kabupaten di Madura dan umumnya di seluruh Indonesia jangan lagi menunda waktu memulai menangani persoalan melalui pendekatan hukum, budaya, pendidikan, termasuk pula melalui ajaran agama. Bukankah kebersihan merupakan sebagian dari iman?