SUMENEP, koranmadura.com – Setelah melakukan pendampingan kepada beberapa komunitas perempuan di Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep, Wahid Foundation tiba pada kesimpulan bahwa perempuan Madura adalah contoh perempuan yang kuat dan bisa menjadi “juru damai”.
Hal tersebut disampaikan Team Leader Wahid Foundation, Visna Vulovik. Dia mengungkapkan, di Sumenep, ada salah satu dampingan pihaknya yang mampu menjadi “corong” pencegah konflik di keluarganya supaya tidak melakukan “carok”, suatu tradisi bertarung menggunakan senjata yang selama ini cenderung melekat pada masyarakat Madura.
Berdasarkan hal tersebut, Visna menegaskan bahwa perempuan Madura pada umumnya, khususnya di kabupaten paling timur Pulau Madura, sebetulnya sudah sejak lama mampu menginisiasi perdamaian. “Karena itu, kami berharap kekuatan perempuan Sumenep ini sebagai juru damai terus digaungkan agar bisa menjadi contoh bagi perempuan-perempuan lain di luar sana,” harapnya.
Untuk diketahui, dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional tahun ini, Wahid Foundation mengadakan ngaji dan diskusi film dokumenter berjudul Perempuan-Perempuan Juru Damai di Balai Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, Kamis malam, 15 Maret 2018.
Kegiatan tersebut menghadirkan Nyai Fadilah Hunaini, pengasuh Lubangsa Utara Putri Pondok Pesantren Annuqayah; Hasbiyah, Ketua Kelompok Sumber Makmur; dan Andy Irfan dari Kontras Surabaya sebagai pembicara; serta K. M. Zamiel El-Muttaqien sebagai moderator.
Kegiatan tersebut berlangsung religius dan semakin semarak dengan adanya pertunjukan teater Minangsing. Para pengunjung yang berkumpul di lokasi tampak menikmati rangkaian acara. (FATHOL ALIF/MK)