PROBOLINGGO, koranmadura.com – Sejumlah 75 persen kasus bayi kembar siam yang lahir di Indonesia terjadi di Jawa Timur (Jatim). Fakta tersebut diutarakan Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo, dr Agus Harianto, SpA(K).
Menurutnya, RSUD Dr Soetomo telah menangani bayi kembar siam sejak tahun 1975. Sejak saat itu, sudah ada sebanyak 91 kasus bayi kembar siam yang ditangani rumah sakit tersebut.
“Secara geografis di Jawa Timur daerah Mataraman yang paling banyak kasus kembar siamnya,” katanya, Kamis, 19 April 2018.
Agus mengaku, penyebab tingginya kasus bayi kembar siam di wilayah Jatim terutama Mataraman belum diketahui. “Hal ini masih belum ada jawaban pasti terkait kasus ini,” lanjutnya.
Namun secara biologis, Agus mengungkapkan bahwa 98 persen penyebab kasus bayi kembar siam adalah faktor keturunan. Entah dari nenek, kakek atau keluarga ibu dan ayah.
Teorinya, lanjut Agus, bayi kembar siam sebetulnya berasal dari zigot (sel yang terbentuk dari bersatunya satu sel telur dan satu sperma) tunggal atau monozigot. Kemudian monozigot itu membelah sendiri tanpa dipengaruhi hal lain. Jika terbelah sempurna, maka jadilah anak kembar dengan tubuh yang lengkap.
“Namun waktu pembelahan sel telur tersebut tidak memisah atau terus melengket,” paparnya.
Untuk mengetahui apakah seorang ibu mengandung bayi kembar siam atau tidak, maka tiap ibu hamil harus melakukan pemeriksaan secara intensif, sehingga perkembangan bayi yang dikandungnya bisa terlihat secara jelas.
“Jika memang jenis kembar siamnya tergolong tidak bisa diselamatkan atau tidak bisa hidup, mending diterminasi,” tandasnya. (DETIK.com/ROS/DIK)