Sebuah pernyataan menarik disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berkaitan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, dimuat sebuah media nasional. Menurut pucuk pimpinan Muhammadiyah itu, ummat Islam Indonesia dengan hikmah isra’ mi’raj harus menjadi kekuatan prodemokrasi, penegakan hak asasi manusia dan membangun civil society yang berkeadaban mulia.
Ummat Islam lanjut Haedar Nashir, harus menjadi penyebar keadaban mulia dalam segala hal, termasuk dalam berpolitik yang menebar hikmah. “Bukan menjadi penabuh genderang perang dan kegaduhan,” tegasnya.
Ada nuansa kesejukan dan semangat kedamaian yang disampaikan Haedar Nashir. Sebuah sikap yang menegaskan kearifan dan pemahaman tentang bagaimana menyikapi tahun politik yang sebentar lagi akan dihadapi masyarakat Indonesia. Haedar kemudian dengan penuh kearifan menebarkan angin sejuk di tengah nuansa yang kemungkinan memanas di tahun politik.
Ia sebagai pucuk pimpinan salah satu organisasi Islam terbesar merasa bertanggungjawab sehingga perlu memberi bingkai dan landasan moral dalam menghadapi tahun politik agar dinamika politik tetap berkeadaban. Taburan-taburan kearifan diharapkan menyuntikkan udara sejuk sehingga masyarakat betapapun berada di tengah-tengah suasana politik penuh kompetisi senantiasa tetap jernih dalam berpikir, lembut dan sopan dalam bertutur kata dan berkeadaban dalam berperilaku politik.
Pernyataan Haedar Nashir itu selayaknya diapresiasi serta dijadikan acuan seluruh masyarakat negeri ini terutama ummat Islam. Walaupun beliau seorang Ketua Umum Muhammadiyah apa yang disampaikan sangat terasa urgensinya bagi seluruh masyarakat negeri ini dalam menghadapi dinamika politik Pilkada dan Pilpres, Pileg pada tahun mendatang.
Dari pernyataan beliau tertangkap jelas nilai penting kedamaian dalam kehidupan berdemokrasi. Bahwa demokrasi hampir tidak mungkin diwujudkan di tengah masyarakat yang terjebak dalam ketegangan apalagi sampai mengarah konflik berkepenjangan. Demokrasi hanya dapat dikembangkan pada situasi masyarakat yang damai, hidup tentram berkeadaban.
Karena itu terasa penting pesan Haedar Nashir itu dicermati oleh seluruh kalangan masyarakat terutama para elite politik agar senantiasa menebarkan kesejukan, kejernihan dan kearifan dan bukan nuansa panas, yang dapat merusak kehidupan kedamaian di negeri ini. Atas dasar tujuan kepentingan politik tidak boleh membuka ruang sekecil apapun yang dapat menimbulkan ketegangan apalagi konflik di tengah masyarakat.
Elite politik, seperti diungkap Haedar memang selayaknya bukan menjadi penabuh genderang perang, menjadi provokator yang memanas-manasi masyarakat. Elit politik sejatinya, seperti himbauannya mampu menempatkan diri pada posisi sebagai penyejuk, menyuntikkan kejernihan berpikir pada masyarakat luas.
Peran seperti itulah yang selayaknya dikembangkan oleh para elite politik, para pemimpin di negeri ini jika berharap perkembangan demokrasi di negeri ini semakin baik. Masyarakat diajak mengedepankan akal sehat dan bukan pikiran irasional apalagi emosional. Perbedaan pilihan dan sikap politik diposisikan sebagai dinamika mencari yang terbaik dan bukan memunculkan perseteruan atau permusuhan. Baik yang dipilih maupun yang memilih merupakan anggota keluarga besar bernama Indonesia. Karena itu perbedaan hanya lebih merupakan ikhtiar mencari pilihan yang terbaik bagi kepentingan seluruh keluarga besar bangsa Indonesia.
Alangkah indah bila semangat kearifan, kejukan, kedamaian, keadaban menjadi kometmen seluruh elite politik negeri ini. Masyarakatpun akan ikut merasakan suasana penuh indah itu sehingga kehidupan demokrasi negeri ini menjadi lebih baik sebagai tahapan penting mewujudkan Indonesia hebat.