PAMEKASAN, koranmadura.com – Petani tembakau di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, berpotensi mengalami kondisi buruk pada musim ini. Hal itu disebabkan perusahaan rokok akan menyerap tembakau lebih sedikit dari musim sebelumnya.
Lebih ngeri lagi, perusaan rokok di Pamekasan akan menyerap tembakau yang memiliki kualitas bagus. Selebihnya petani akan kesulitas memasarkan kualitas tembakau di bawah standar.
Perusahaan rokok telah melakukan rapat koordinasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan. Dalam rapat itu, perusahaan menyampaikan bahwa ada pengurangan permintaan tembakau pada tahun ini.
Pernyataan di atas disampaikan anggota Komisi II DPRD Pamekasan, Harun Suyitno. Menurut politikus muda dari PKS tersebut, pengurangan permintaan tembakau tahun ini berpotensi pada produksi tembakau melimpah.
“Hasil Rakor beberapa waktu yang lalu. Laporan dari pabrikan tahun ini ada pengurangan permintaan tembakau,” kata Harun Suyitno, Kamis, 12 April 2018.
Menurutnya, kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap harga jual tembakau. Bahkan perusahaan rokok akan pilih-pilih dalam menyerap tembakau.
“Kondisi ini juga sangat merugikan petani, kami khawatir tembakau petani tidak terserap utuh dan harga murah, oleh karenya, kami akan berusaha mencari solusi agar petani mendapatkan keuntungan,” terangnya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan, kata dia, pemerintah Pamekasan harus menekan perusahaan rokok agar menyerap tembakau dalam jumlah tak terbatas.
“Yang terpenting jangan sampai ada permainan harga dari para tengkulak yang berkecimpung dalam jual beli tembakau,” tandasnya.
Dikatakan Harun, PT Gudang Garam akan menyerap tembakau sebanyak 5 ribu ton. Jumlah itu lebih sedikit dari penyerapan di tahun 2017 yang mencapai 5.500 ton.
PT Djarum membutuhkan 6 ribu ton pada tahun ini, musim sebelumnya menyerap tembakau 9 ribu ton.
Sementara PT Nojorono hanya butuh 600 ton, yang sebelumnya menyerap tembakau petani mencapai 1.300 ton. PT Shadana Arifnusa 2 ribu ton di tahun 2017. Pada musim ini menurun yakni 1.500 ton.
Sedangkan dua pabrikan tidak ada perubahan kebutuhan yakni PT Bentoel sebanyak 2.500 ton dan PT Sukun dengan kebutuhan 500 ton. (RIDWAN/ROS/DIK)