KARAWANG, koranmadura.com – Diki Firdaus (26) dan Nurmansah (18), dua jambret yang menyebabkan seorang guru asal Karawang tewas ditembak mati oleh polisi. Diki yang merupakan tukang potong ayam di pasar Cikampek adalah pentolan kelompok jambret.
Diki dan Nurmansah beraksi pada pagi hari, Selasa 27 Maret 2018. Saat melintas di Jalan Ahmad Yani Nomor 427, Cikampek, mereka melihat seorang wanita yang dibonceng motor. Perempuan itu adalah Enok Suhaeni (54), guru seni dan budaya di SMPN 2 Bungursari, Purwakarta.
Enok sedang berangkat untuk mengajar. Namun secara tiba-tiba Enok dan suaminya dipepet motor bebek Suzuki Shogun yang dikendarai oleh Diki. Nurmansah yang dibonceng Diki kemudian berupaya merebut tas kulit berwarna kuning milik Enok.
Perempuan itu mempertahankan tas miliknya dari Nurmansah. Ia memang berhasil, tapi sayang Enok terjatuh dari motor dengan posisi terlentang. Kepalanya yang tak memakai helm menghantam aspal.
“Korban meninggal 3 jam setelah kejadian,” kata Kapolres Karawang, AKBP Hendy F Kurniawan saat ekspos di kamar jenazah RSUD Karawang, Rabu, 11 April 2018.
“Kedua pelaku lalu kabur. Sejumlah saksi di TKP masih ingat warna dan ciri – ciri motor pelaku,” Hendy menambahkan.
Kasus tersebut, kata Hendy jadi prioritas di Karawang. Alasannya, kata dia karena Enok adalah guru, yang berperan vital di masyarakat.
Polisi kemudian menemui titik terang pada Senin, 9 April 2018. Sekitar pukul 03.30 WIB, Tim Resmob Polsek Cikampek yang dipimpin Kanit Reskrim Polsek Cikampek, AKP Adis Iskandar menggagalkan upaya pembegalan truk di wilayah Cikampek.
“Pelakunya berjumlah dua orang, tapi kami meringkus seorang dari mereka. Berinisial R. Seorang lagi masih buron,” kata Hendy.
Saat diinterogasi, R mengaku tergabung dalam kelompok penjahat jalanan di Cikampek. Jumlahnya 5 orang. Kelompok itu dipimpin oleh Diki Firdaus.
Meski seorang tukang potong ayam, catatan kejahatan Diki dan kelompoknya cukup tinggi.
“Dari hasil introgasi, D dan kawannya beraksi 18 kali. 13 kali di Cikampek dan 5 kali di Kotabaru,” ungkap Hendy.
Aksi komplotan itu, kata Hendy juga tergolong sadis. Tak jarang, aksi mereka menyebabkan korban tewas atau cacat.
“Aksi kelompok itu menewaskan seorang guru dan membuat seorang karyawan patah kaki,” kata dia.
Petualangan kriminal Diki berakhir pada Selasa malam 10 April 2018. Ia dan Nurmansah ditembak mati karena melawan petugas. “Keduanya berupaya melawan, bahkan mencekik dan berupaya merebut senjata petugas yang sedang menyamar,” kata Hendy. (Detik.com/MK/VEM)