PAMEKASAN, koranmadura.com – Sejumlah petani tembakau di Pamekasan sudah mulai menaman tembakau. Diperkirakan musim kemarau tahun ini mendukung normal sehinggal akan menghasilkan tembakau dengan kualitas bagus.
Kendati demikian, petani masih dibayang-bayangi kecemasan, perihal harga tembakau kering yang dinilai selama ini masih belum berpihak pada petani, lantaran keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan jerih-payah, dan biaya perawatan penanaman tembakau.
Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Petani Indonesia (APTI) Pamekasan, Samukrah. Menurutnya, penentuan harga tembakau kering tergantung pihak pabrikan, bukan ditentukan petani tembakau.
“Sudah ada tata niaga tambakau untuk mengatur masalah tembakau dan melindungi petani tembakau, tapi itu tidak mempengaruhi harga. Karena penentuan harga di tangan pabrikan,” kata Samukrah, Senin, 14 Mei 2018.
Lanjutnya, pihaknya berharap harga berada pada kisaran Rp 50 ribu per kilogram. Sebab, biaya produksi, dari masa tanam hingga pasca panen yang dikeluarkan petani tembakau dalam 1 kg, sebanyak Rp 39 ribu lebih.
“Jika pihak pabrikan yang membeli memberikan harga lain tak sesuai keinginan petani, maka petani tidak bisa apa-apa dan pasrah saja. Kami hanya berharap pabrikan tahu biaya yang dikeluarkan petani sehingga harga tidak dibawah Rp 40 ribu,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum APTI, Suseno, mengatakan harga tembakau tidak bisa diatur seperti komuditas lain, karena dipasrahkan ke pasar bebas, sehingga petani pasrah pada pemilik modal.
“Pemerintah tidak campur tangan dan membuat undang-undang yang mengatur, tentang penetapan harga tembakau. Jadinya, pabrikan yang menentukan harga,” kata Suseno, saat mengunjungi sejumlah lahan tembakau dan bertemu dengan beberapa petani tembakau, di Kecamatan Galis, Pamekasan, beberapa waktu lalu.
Padahal, lanjut Suseno, industri hasil tembakau (IHT) di negeri ini, termasuk di Madura, memiliki peran cukup besar terhadap penerimaan negara melalui pajak dan cukai serta dampak positif lainnya.
“Penyerapan tenaga kerja, penerimaan negara yang tinggi. Sampai saat ini, tanaman tembakau masih menjadi komoditas pilihan di saat musim kemarau. Karena masih mempunyai nilai ekonomis tinggi, dibanding komoditas pertanian lainnya,” kata Suseno. (ALI SYAHRONI/ROS/DIK)