Tak perlu ragu, peledakan tiga gereja di Surabaya desain besarnya adalah provokasi untuk menggiring rakyat Indonesia dalam pusaran konflik, perang saudara. Karena itu penting rakyat Indonesia harus mampu mengendalikan diri agar tak terpancing; jangan sampai menari diiringi gendang para teroris.
Sasaran peledakan tempat ibadah dipilih memperlihatkan bagaimana mereka berusaha mengaduk emosi dan keyakinan ummat beragama di negeri ini. Mereka sengaja menjadikan unsur agama itu sebagai stimulus titik masuk memicu konflik horizontal bernuansa agama.
Di sinilah sekali lagi ummat beragama di negeri ini perlu menyadari bahwa memang ada upaya mengaduk-aduk emosi dan keyakinan agar terjerumus konflik. Mereka, para teroris biadab itu akan menari-nari bila berbagai upayanya berhasil menjerumuskan ummat beragama di negeri ini dalam konflik berkepanjangan.
Siapa yang dirugikan bila negeri ini terjerumus konflik? Sudah pasti rakyat Indonesia yang beragama apapun. Darah dan air mata akan terus bercucuran di tengah konflik. Istri kehilangan suami, anak menderita kehilangan orangtuanya, ekonomi sudah pasti morat marit segalanya berada dalam kepastian. Peradaban negeri ini akan mundur ke belakang. Hanya para petualang politik berhati iblis yang senang bila negeri ini berada dalam konflik antar agama, suku, ras dan antar golongan.
Tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan tindakan kekerasan dalam bentuk teror yang tak bertanggungjawab. Apalagi dengan sasaran mereka yang sedang menjalankan ibadah kepada Sang Pencipta. Sebaliknya, seluruh agama di dunia selalu mengajarkan cinta kasih kepada sesama. Termasuk cinta kasih antar ummat beragama.
Ajaran agama Islam, agama yang dipeluk mayoritas rakyat negeri inipun mengajarkan perdamaian. Jangankan tindakan kekerasan, mengejek ajaran agama lain dilarang. Sejalan ajaran Islam, di negara Islam ketika ummat Islam mayoritas, ummat beragama lain bahkan ditempatkan terhormat, dilindungi hidup dan kegiatan peribadatannya. Secara kedudukan hukum sama dengan ummat Islam: tidak boleh darah mereka tercecer jadi korban kekerasan. Mereka harus dilindungi selama menjadi warga yang baik.
Karena itu menjadikan ajaran agama sebagai legitimasi tindakan teror sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam dan agama apapun dipermukaan bumi ini. Terorisme menggunakan simbol agama merupakan manipulasi agama secara frontal dan amat sangat ironis: bertolakbelakang, kontradiktif dengan ajaran suci agama.
Jangan pernah mempercayai alasan apapun terhadap tindakan teror. Tidak ada secuilpun pembenaran tindakan teror yang menjadikan sasaran korban mereka yang tak berdosa, anak-anak dan wanita. Tak perlu berspekulasi dengan berbagai teori yang memberi ruang pembelaan terhadap mereka yang sudah menjadikan tindakan kekerasan dan teror sebagai bagian dari sepak terjang keseharian.
Karena itu seharusnya seluruh rakyat negeri ini bersatu dalam barisan perdamaian untuk melawan berbagai tindakan teror. Bergandengan tangan, bahu membahu sedini mungkin dan bersikap aktif membantu aparat hukum bila mencium kecenderungan munculnya perilaku tindakan teror.
Buang jauh-jauh perbedaan kepentingan ketika ancaman yang ingin mengoyak-ngoyak kedamaian dan persatuan rakyat negeri ini terbentang di depan mata. Hindari berbagai lontaran pernyataan menimbulkan luka antar sesama rakyat negeri ini. Saatnya menyegarkan tali persaudaraan sebagai anak bangsa Indonesia.