GUATEMALA, koranmadura.com – Sungguh malang gadis asal Guatemala, Claudia Particia Gomez Gonzalez ini. Dia menempuh perjalanan sejauh 2.400 km ke Amerika Serikat (AS) dengan harapan mendapat pekerjaan dan masa depan yang lebih baik. Namun sesaat usai menapakkan kaki di Texas, Gonzalez ditembak mati.
Penembakan terhadap Gonzalez oleh petugas Patroli Perbatasan AS terjadi pada Rabu, 23 Mei lalu. Namun baru menarik perhatian dunia pekan ini setelah seorang saksi mata memposting video amatir via Facebook Live yang menunjukkan Gonzalez telungkup di tanah dan mengalami pendarahan.
Seperti dilansir Reuters dan CNN, Senin, 28 Mei 2018, Gonzalez yang masih berusia 19 tahun, berasal dari sebuah desa bernama San Juan Ostuncalco di Guatemala. Dituturkan keluarganya di Guatemala, Gonzalez nekat datang ke AS demi mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik.
Ayah Gonzalez, Gilberto, menyebut putrinya bertekad tetap datang ke AS meskipun mengetahui ada penindakan tegas terhadap imigran ilegal di perbatasan selama pemerintahan Presiden Donald Trump.
“Iya, Anda mendengar soal itu, tapi terkadang Anda mendengar banyak orang berhasil melewatinya, jadi karena itulah, dia (Gonzalez, red) berpikir untuk pergi,” jawab Gilberto saat ditanya soal kebijakan imigran Trump yang keras.
Bersama para imigran lainnya, Gonzalez nekat datang ke AS. saat tiba di Texas bagian selatan, Gonzalez ditembak oleh seorang petugas Patroli Perbatasan AS. Tembakan itu menewaskannya.
Pihak Patroli Perbatasan AS sempat mengubah keterangan terkait insiden dalam waktu beberapa hari. Awalnya Patroli Perbatasan AS mengklaim para imigran menyerang petugas dengan objek tumpul dan salah satu pelakunya adalah Gonzalez. Namun dalam pernyataan pada Jumat, 25 Mei lalu, Patroli Perbatasan AS menyebut petugas itu melepas tembakan setelah kerumunan orang bergerak mendekatinya di perbatasan.
Diketahui bahwa Gonzalez tumbuh besar di rumah batu bata yang dibangun dengan dolar Amerika yang dikirim oleh para kerabatnya di AS. Gonzalez telah lulus dari sekolah tinggi teknik setempat untuk jurusan akuntansi sekitar dua tahun lalu. Namun dia gagal mencari pekerjaan di kota terdekat, karena setiap tempat mencari lulusan universitas. Orang tua Gonzalez tidak mampu membiayainya melanjutkan pendidikan.
“Jadi dia meminta izin ke saya untuk pergi. … Saya bilang tidak, kamu tidak boleh pergi. ‘Ibu’, dia bilang, ‘Saya sudah dewasa, saya akan mencapai sesuatu, saya akan mencari uang sendiri untuk kuliah’,” tutur ibunda Gonzalez, Lidia, sambil menahan air mata.
Tidak diketahui pasti kapan jenazah Gonzalez akan diserahkan ke keluarganya. “Saya tidak mengucapkan selamat tinggal pada putri saya,” ucap ibunda Gonzalez berulang kali.
Pihak keluarga meminta keadilan ditegakkan untuk putrinya. “Sekarang, apa yang kami inginkan adalah keadilan ditegakkan dan bahwa siapa saja yang melakukan ini, harus membayarnya,” tegas ayah Gonzalez. (DETIK.com/ROS/VEM)