YOGYAKARTA, koranmadura.com – Pijar merah keluar dari Gunung Merapi saat terjadi letusan pada Kamis (24/5/2018) pukul 02.55 WIB. BPPTKG Yogyakarta menyebut munculnya pijar merah tersebut merupakan tahapan menuju proses awal erupsi magmatik di Merapi.
“Itu (pijar merah) merupakan pijaran magma, sehingga memang kita bisa menyebutkan ini adalah sebuah awal erupsi magmatik,” kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida kepada wartawan di kantornya, Kamis (24/5/2018).
Hanik menegaskan keluarnya pijar merah adalah tahapan menuju proses awal erupsi magmatik. Sementara saat terjadi letusan di Merapi pagi tadi, memang terjadi sedikit deflasi atau pengempisan tubuh gunung.
“Deflasi adalah pengempisan, proses clearing, proses pengosongan conduit. Jadi setelah (conduit) kosong akan terisi,” ungkapnya.
“Proses clearing adalah dorongan dari dalam (conduit) itu, salah satunya warnanya merah itu tadi (berupa) dorongan gas yang ada dari magma,” lanjutnya.
Walaupun letusan yang terjadi merupakan tahapan menuju proses awal erupsi magmatik, Hanik meminta masyarakat tenang. Sebab, erupsi magmatik tidak selalu berdampak besar seperti letusan tahun 2010 lalu.
“Saya sampaikan jangan dibayangkan kalau kami mengatakan magmatik itu adalah seperti erupsi 2010. Sekali lagi (tidak selalu) erupsi besar, nanti masyarakat bisa panik,” paparnya.
Hanik mencontohkan letusan magmatik di Gunung Kelud di tahun 2007, meski berupa magmatik namun letusan tersebut hanya membentuk kubah lava. Oleh karenanya, lanjut Hanik, letusan magmatik tidak selalu berdampak besar.
“Kemudian kalau (letusan) Merapi di tahun 2002 itu juga hanya menimbulkan kubah lava, itu juga magmatik. Magmatik itu apa sih? Sesuatu yang keluar dari dalam. Jadi bukan berarti kalau magmatik itu terus meletus besar itu tidak,” tutupnya.