PAMEKASAN, koranmadura.com – Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan telah usai digelar. Dua pasangan calon (Paslon) Baddrut Taman-Raja’e (Berbaur) dan Kholilurrahman-Fathor Rohman (Khofifah) pun sama-sama mengklaim kemenangan. Mereka sama-sama konferensi pers. Walaupun berdasarkan hitung cepat (quick count) versi beberapa lembaga survei dan real count tim, paslon Berbaur unggul dari paslon Kholifah.
Jika hasil quick count Lembaga survei dan real count tim ini sesuai dengan real count KPU, maka perhelatan pesta demokrasi lima tahunan ini menunjukkan hasil yang mengejutkan. Sebab jauh sebelum Pilbup dimulai, paslon Kholifah diprediksi unggul jauh dari Berbaur lantaran didukung oleh sejumlah tokoh dan kiai.
Pengamat Politik Madura, Achmad Muhlis mengutarakan bahwa dalam sejarah perhelatan Pilbup Pamekasan, jika calon didukung oleh Bata-Bata dan Banyuanyar, calon itu pasti menang. Tetapi saat ini rupanya sudah tidak lagi. Paling tidak, intensitasnya tidak sekental dahulu. Sehingga seperti ada pergeseran pola warga Pemekasan dalam menentukan pilihan politiknya. Termasuk patron ketokohan mulai sirna.
“Tokoh sentral Bata-Bata mengikrarkan netral, tapi tokoh tidak, sehingga alumninya terbelah menjadi dua, begitu juga Banyuanyar,” kata Dosen IAIN Madura ini
Soal ketokohan dari Bata-Bata dan Banyuanyar, kata Muchlis kedua basis massa yang biasanya menentukan pada setiap Pilkada Pamekasan ternyata pecah. “Pecah, berpihak pada kedua belah pihak, begitu juga dengan Banyuanyar. Itu realitasnya. Selain itu, Partai Politik di Pamekasan juga pecah, baik struktural maupun kadernya. Faktor kedua, rekom partai yang dari DPP juga tidak sesuai dengan keinginan partai di tingkat kabupaten,” paparnya.
Lebih jauh menurut Muchlis figur calon sama-sama memiliki basis massa dan tokoh yang sama. Walaupun tak menyebut secara terang-terangan terkait keterlibatan tokoh-tokoh pada kedua Ponpes tersebut, Muchlis menyakini ada. “Ada. Walaupun tidak terang- terangan,” lanjutnya.
Doktor Bidang Sosial Politik UMM Malang ini juga melihat ada pergeseran tipologi politik di Pamekasan. “Karena kualitas pendidikan politik pemilih lebih baik. Artinya mulai paham dan melek politik. Begitu juga dengan pemilih milenial,” jelasnya.
Soal selisih yang tipis, Muchlis sudah memprediksi sejak awal. “Saya dari awal memang sudah memprediksi, menang atau kalah, selisihnya tidak akan signifikan,” pungkasnya.
Diketahui, Lembaga Kajian dan Risearch Indonesia), dimana pasangan nomor urut 1 ini unggul dengan perolehan suara 53,4%. Di lain pihak, Pasangan Baddrut Tamam dan Raja’e (Berbaur) juga mengumumkan hasil penghitungan cepat yang dilakukan oleh Lembaga Survei Poltrack Institute, dimana pasangan nomor urut 2 ini unggul dengan perolehan suara sebesar 54,8%. (M4D/SOE/ROS)