SUMENEP, koranmadura.com – Bantuan tidak terduga (BTT) untuk korban gempa bumi di Kecamatan Batuputih, Sumenep, Madura, Jawa Timur sampai hari ini tak kunjung terealisasi. Bantuan yang bersumber dari APBD tingkat II itu masih dalam proses. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berdalih masih menunggu surat keputusan (SK) tanggap darurat dari Bupati.
“BTT tidak bisa dimanfaatkan kalau tidak ada surat yang berkenaan dengan tanggap darurat. Kalau SK sudah ada, kami akan langsung mengajukan pencarian anggaran BTT itu,” kata Kepala BPBD Sumenep Abd Rahman Riadi kepada awak media saat dikonfirmasi.
Menurutnya bantuan yang telah tersalurkan berupa sembako dan tenda. Tenda pengungsian yang tersalurkan sebanyak delapan unit. Selain itu pemerintah daerah juga telah membuat dapur umum. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk memasak setiap hari.
Guna memastikan kesehatan mereka, pemerintah daerah juga telah menyediakan pos kesehatan. “Kami juga menyediakan pos logistik, itu untuk mencatat bantuan dari pihak lain, baik dari masyarakat, swasta dan simpatisan lain. Kemudian sudah kami sediakan air bersih,” jelasnya.
Sementara untuk memaksimalkan renovasi rumah korban gempa, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah perusahaan perbankan dan BUMN.
“Dari PT Garam sudah merealisasikan bantuannya berupa semen beberapa waktu lalu. Selain dari PT Garam, insya Allah dari perbankan juga ada, karena kami menyurati sejumlah perbankan. Kami minta material bangunan, seperti genteng, pasir, batu dan lain sebagainya,” ujarnya.
Hasil pendataan sementara, kebutuhan semen untuk membangun rumah warga dan fasilitas umum lain yang rusak sudah cukup. Selain dari pihak swasta, PT Garam (Persero) membantu hingga 1.100 sak. “Namun kebutuhan material bangunan lainnya seperti batu, paku, genteng dan lain-lain masih belum ada, material-material itu sangat dibutuhkan,” jelasnya.
Rabu, 13 Juni 2018 warga Sumenep digoncang gempa bumi dengan kekuatan 4,8 skala richter. Akibat bencana alam itu, puluhan bangunan baik rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan. Diprediksi kerugian material mencapai Rp 400 juta. (JUNAIDI/SOE/DIK)