PAMEKASAN, koranmadura.com – Masing-masing pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati di Pamekasan saling klaim menang. Pasangan Kholilurrahaman-Fathor Rohman (Kholifah) mengumumkan hasil penghitungan cepat yang dilakukan oleh Lembaga Survei Lakar (Lembaga Kajian dan Research) Indonesia, dimana pasangan nomor urut 1 ini unggul dengan perolehan suara 53,4%.
Di lain pihak, Pasangan Baddrut Tamam dan Raja’e (Berbaur) juga mengumumkan hasil penghitungan cepat yang dilakukan oleh Lembaga Survei Poltrack Institute, dimana pasangan nomor urut 2 ini unggul dengan perolehan suara sebesar 54,8%.
Saling klaim ini, menurut Faidal Rahman, pengamat politik dari Universitas Brawijaya Malang, disebabkan kecilnya selisih perolehan suara masing-masing paslon. “Selisihnya cukup tipis. Jadi memang sangat mungkin antara satu Lembaga survei dengan Lembaga survei yang lain hasilnya berbeda. Andai cukup besar, mungkin tidak akan terjadi saling klaim seperti ini,” ujarnya.
Akan tetapi menurutnya, yang menarik dari pilkada Pemekasan tahun ini justru adalah perolehan suara yang nyaris sama tersebut. “Kita belum tahu siapa yang sebenarnya menang. Kita harus menunggu hasil penghitungan resmi dari KPU. Namun selisih perolehan suara yang tidak begitu besar ini menunjukkan pergeseran cara masyarakat Pamekasan dalam nenentukan pilihan politiknya,” ujar pria yang biasa disapa Faid ini.
“Dulu, siapa pun yang didukung oleh pesantren selalu menang, tapi kali ini justru justru masih teka-teki, karena perolehan suara yang didukung pesantren dan yang tidak didukung pesantren nyaris sama,” lanjutnya.
Ini artinya, Kata Faid, Patronase terhadap Kiai sudah mulai berkurang. Masyarakat Pamekasan sudah menentukan pilihan politiknya tanpa harus mengkuti pilihan politik para kiai di pondok pesantren. “Ini artinya pendidikan politik di Pamekasan sudah mulai jalan. Sehingga masyarakat bisa menentukan pilihannya secara mandiri,” tutupnya. (M4D/SOE/DIK)