MANAGUA, koranmadura.com – Jumlah korban jiwa akibat kerusuhan di Nikaragua telah bertambah menjadi 100 orang. Hal itu terjadi seiring Presiden Daniel Ortega bersikeras menolak seruan untuk mengundurkan diri.
Sementara ditengah kerusuhan yang terjadi, Gereja Katolik yang telah mencoba menengahi konflik, menolak untuk melanjutkan dialog, seperti dikutip dari detik.com yang dilansir AFP, Jumat, 1 Juni 2018.
Menurut Pusat HAM Nikaragua (CENIDH), setidaknya 16 orang tewas dan 88 orang luka-luka pada Rabu, 30 Mei lalu hingga Kamis, 31 Mei kemarin dini hari waktu setempat, saat para demonstran pendukung pro-pemerintah dan demonstran antipemerintah bentrok di sejumlah kota.
Menurut CENIDH, bentrokan maut terbaru tersebut terjadi di Managua, ibu kota Nikaragua dan kota-kota Esteli, Masaya dan Leon. Dengan demikian hingga Kamis waktu setempat, total korban tewas akibat bentrokan-bentrokan tersebut telah mencapai 100 orang.
CENIDH menyatakan, bentrokan tersebut merupakan salah satu bentrokan paling mematikan sejak gelombang aksi-aksi protes terhadap Ortega dan partai berkuasanya, Sandinista National Liberation Front, mulai merebak pada 18 April lalu. Lebih dari 900 orang telah terluka.
Aksi-aksi demo tersebut awalnya dilakukan untuk memprotes perubahan sistem jaminan sosial, namun aksi demo itu kemudian dengan cepat meluas menjadi menuntut Ortega mundur.
Pada Senin, 28 Mei lalu, pemerintah dan oposisi telah sepakat untuk melanjutkan pembicaraan damai yang dimediasi oleh pihak Gereja Katolik. Dialog damai tersebut telah mandek sejak pekan lalu.
Namun pihak Konferensi Uskup Nikaragua pada Kamis, 31 Mei mengumumkan, pihaknya tak akan melanjutkan dialog selama “rakyat terus ditekan dan dibunuh oleh kelompok-kelompok yang dekat dengan pemerintah.”
Menurut CENIDH, kematian massal terbaru tersebut terjadi di Managua, ibu kota Nikaragua dan kota-kota Esteli, Masaya dan Leon. (DETIK.com/ROS/DIK)