SAMPANG, koranmadura.com – Khoirun Nisa, bocah berusia 11 tahun asal Dusun Sangsang, Desa Omben, Kecamatan Omben, terpaksa harus menerima hidup yang pahit selama belasan tahun. Karena, sejak balita, anak pasangan suami istri Abdus Salam (50) dan Sumaniyah (48) ini menderita gizi buruk. Tubuhnya kurus kerempeng, hanya nampak tulang. Bahkan ia luput dari sentuhan pemerintah, akhirnya dirawat seadanya.
Divisi Perlindungan Perempuan dan Anak, Pegiat Jaringan Kawal Jawa Timur (Jaka Jatim) Korda Sampang, Siti Farida, mengatakan, berdasarkan cerita kedua orangnya, Khoirun Nisa awal mulanya lahir dalam keadaan normal. Namun sebelum menginjak usia satu tahun, Khoirun Nisa jatuh sakit mengalami panas tinggi.
“Melihat kondisi itu, akhirnya dibawa ke rumah sakit di Pamekasan. Namun setelah berobat, kondisinya bukan malah membaik, tapi panasnya semakin menjadi, kejang-kejang. Bahkan Khoirun Nisa pernah menjalani medis dengan menggunakan alat bantu pernapasan oksigen selama 7 bulan lamanya,” ucapnya, Sabtu, 30 Juni 2018.
Tidak hanya diobati di Pamekasan, lanjut Farida, Khoirun Nisa juga pernah diobati di RSUD Sampang dan Puskesmas terdekat, namun tidak ada hasil. Kemudian karena biaya sudah tak lagi berpihak, pengobatan bocah malang itu dirawat seadanya.
“Saya lihat kondisi Khoirun Nisa sangat memprihatinkan karena badannya kurus nan kering, terlihat tingal tulang saja. Kemudian anggota tubuhnya tidak bisa digerakan, hanya menangis karena kesakitan,” tambah Farid.
Untuk memenuhi asupan gizinya, Khoirun Nisa hanya diberi makan bergizi berupa makanan suplemen Energen dan kadangkala mengkonsumsi susu SGM.
“Khoirun Nisa itu anak Bungsu, anak nomor 5 bersaudara. Tapi celakanya Khoirun Nisa tidak tercatat dalam program Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kemudian keluarga pak Abdus Salam juga tidak terdaftar sebagai penerima program PKH. Kalau raskin masih nerima,” paparnya.
Lebih jauh Farida mengaku sangat menyayangkan karena selama 11 tahun tidak menerima bantuan sosial dan bantuan kesehatan dari pemerintah.
“Entah apa karena pemkab tidak melakukan penyisiran atau karena memang disengaja dibiarkan. Seharusnya pemkab melalui petugasnya melakukan penyisiran terhadap kondisi masyarakat Sampang, sehingga apabila ada warga miskin yang butuh bantuan bisa bisa akomodir. Dan kami menilai, temuan ini karena pemkab tidak proaktif sehingga masyarakat miskin di Sampang terbengkalai,” tudingnya. (MUHLIS/SOE/DIK)